Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

Ada Apa dibulan Sya'ban

 بسم الله الر حمن الر حيم

 Ada Apa dibulan Sya'ban


Hari ini, kita  sudah mulai memasuki bulannya Rosululloh ﷺ. 

Bulan para Qurro', bulan diangkatnya Amalan seluruh Manusia, yaitu Bulan Sya'ban.


Bulan persiapan menghadapi bulan yang penuh dengn Rohmat, Maghfiroh dan dijauhkan dari siksa Api Neraka, tidak lain bulan itu adalah bulan Romadlon..


"Maka barang siapa yang mensucikan Tubuhnya di bulan Rojab, sucilah Hatinya di bulan Sya’ban, dan siapa yang mensucikan Lubuk Hatinya di bulan Sya’ban, sucilah Jiwanya di bulan Romadhon"

(Durrotun Nashihin).


■ Lalu, mengapa bulan ini disebut bulan Rosululloh ﷺ dan para Qurro' ?*


Disebut bulan Rosululloh ﷺ, karena Rosululloh ﷺ mengistimewakan bulan ini dengan memperbanyak Berpuasa melebihi bulan-bulan yang lain (selain Romadlon).

Di bulan ini pula,  seluruh Manusia diangkat amalannya.

Maka Beliau ﷺ Cinta dan senang hal itu terjadi ketika sedang berpuasa.

Dan disebut bulan para Qurro', karena banyaknya para Qurro' (Pembaca Al Qur'an) pada masa Rosululloh ﷺ, banyak yang meluangkan waktunya membuka Mushaf-Mushaf Al Qur'an dan membacanya.

Dan dua amalan ini tiada lain (Puasa dan membaca Al-Qur'an), sekali lagi,  dan tiada bukan untuk Memuliakan dan mempersiapkan diri memasuki bulan Mulia,di bulan Suci Romadlon.

Dan di Bulan Sya'ban, akan kita temukan salah satu Malam Mulia Ijabahnya sebuah Do'a, dan Malam Turunnya Alloh سبحا نه و تعالى ke Bumi, yaitu Malam Nisfu Sya'ban (Tanggal 15 Sya'ban).

Di malam itu pula, terdapat salah satu setiap kebiasaan Mulia Rosululloh ﷺ, yaitu Mendo'akan Umatnya.  

Oleh sebab itu, Al Imam Ghozali Ra menyebut Malam Nisfu Sya'ban sebagai Malam Syafa'at (Pertolongan). 

Akan tetapi, hal ini bukan berarti kita tidak dianjurkan untuk beramal apapun, bahkan disini kita dianjurkan Berpuasa, memperbanyak Sholat, Dzikir, Do'a dan Sholawat, terutama Sholat Malam (Qiyaamul Lail).

Pada Sumber: Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Maliki, Ma Dza fi Sya‘ban, cetakan pertama, tahun 1424 H, halaman 5.

Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Maliki yang tidak asing di kalangan santri Indonesia bahkan menulis secara khusus sebuah buku dengan 152 halaman tentang bulan Sya’ban yang berjudul Ma Dza fi Sya‘ban?

Sayyid Muhammad Alwi mengawali bukunya dengan ulasan asal-usul kata “Sya‘ban”.

Sebelum masuk lebih rinci perihal keistimewaan bulan Sya‘ban, Sayyid Muhammad Alwi mendokumentasikan sejumlah pandangan ulama terkait penamaan bulan Sya‘ban seperti kami kutip berikut ini.

وسمي شعبان لأنه يتشعب منه خير كثير، وقيل معناه شاع بان، وقيل مشتق من الشِعب (بكسر الشين) وهو طريق في الجبل فهو طريق الخير، وقيل من الشَعب (بفتحها) وهو الجبر فيجبر الله فيه كسر القلوب، وقيل غير ذلك.

Artinya, “Bulan (kedelapan) hijriyah ini dinamai dengan sebutan ‘Sya‘ban’ karena banyak cabang-cabang kebaikan pada bulan mulai ini.

Sebagian ulama mengatakan, ‘Sya‘ban’ berasal dari ‘Syâ‘a bân yang bermakna terpancarnya keutamaan. Menurut ulama lainnya, ‘Sya‘ban’ berasal dari kata ‘As-syi‘bu’ (dengan kasrah pada huruf syin), sebuah jalan di gunung, yang tidak lain adalah jalan kebaikan.

Sementara sebagian ulama lagi mengatakan, ‘Sya‘ban’ berasal dari kata ‘As-sya‘bu’ (dengan fathah pada huruf syin), secara harfiah ‘menambal’ di mana Allah menambal (menghibur atau mengobati) patah hati (hamba-Nya) di bulan Sya’ban.

Ada pula ulama yang memahami bulan ini dengan makna selain yang disebutkan sebelumnya misalnya yang disampaikan oleh Al-Imam ‘Abdurraḥmān As-Shafury dalam literatur kitab momumentalnya Nuzhatul Majâlis wa Muntakhabun Nafâ’is mengatakan bahwa kata Sya’bān (شَعْبَانَ) merupakan singkatan dari :

ش Yang berarti kemuliaan (الشَّرَفُ).

ع Yang berarti derajat dan kedudukan yang tinggi yang terhormat (العُلُوُّ).

 ب Yang berartikebaikan (البِرُّ).


ا Yang berarti kasih sayang (الأُلْفَة).


ن Yang berarti cahaya (النُّوْرُ)

Secara historis, Ibnu Hajar al-’Asqalani mengatakan dalam kitab Al-Khulashah fi Syarhil-Khamsiin Asy-Syamiyah bahwa bulan ini dinamakan bulan Sya’ban karena saat penamaan bulan ini banyak orang arab yang berpencar-pencar mencari air atau berpencar-pencar di gua setelah berakhirnya bulan Rajab.

وَسُمِّيَ شَعْبَانُ لِتَشَعُّبِهِمْ فِيْ طَلَبِ الْمِيَاهِ أَوْ فِيْ الْغَارَاتِ بَعْدَ أَنْ يَخْرُجَ شَهْرُ رَجَبِ الْحَرَامِ

“Dinamakan Sya’ban karena mereka berpencar-pencar mencari air atau di dalam gua-gua setelah bulan Rajab Al-Haram”.


3 PERISTIWA PENTING DI BULAN SYA’BAN 


Dalam kitab Ma Dza fi Sya'ban karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki 

Ini menyebutkan tiga peristiwa penting yang berimbas 

pada kehidupan beragama seorang Muslim.


1. Peralihan Kiblat

Peralihan kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram terjadi pada bulan Sya'ban. 

Menurut Al-Qurthubi ketika menafsirkan Surat Al-Baqarah ayat 144 

dalam kitab Al-Jami’ li Ahkāmil Qur’an dengan mengutip pendapat 

Abu Hatim Al-Basti mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala memerintahkan 

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Sya'ban 

yang bertepatan dengan malam nisfu Sya'ban.

Peralihan kiblat ini merupakan suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu 

oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam

Bahkan diceritakan bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam berdiri menghadap langit 

setiap hari menunggu wahyu turun perihal peralihan kiblat itu 

seperti Surat Al-Baqarah ayat 144 berikut.

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ


"Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit, 

  maka sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. 

  Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.

2. Penyerahan Rekapitulasi Keseluruhan Amal kepada Allah subhanahu wa ta'ala

Salah satu hal yang menjadikan bulan Sya'ban utama adalah bahwa pada bulan ini 

semua amal kita diserahkan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. 

Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki mengutip sebuah hadits riwayat An-Nasa'i 

yang meriwayatkan dialog Usamah bin Zaid dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

"Wahai Nabi, aku tidak melihatmu berpuasa di bulan-bulan lain sebagaimana 

 engkau berpuasa di bulan Sya’ba.

Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab, 

"Banyak manusia yang lalai di bulan Sya'ban. 

 Pada bulan itu semua amal diserahkan kepada Allah subhanahu wa'ta'ala. 

 Dan aku suka ketika amalku diserahkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, aku dalam keadaan puasa."

Penyerahan amal yang dimaksud dalam hal ini adalah penyerahan seluruh 

rekapitulasi amal kita secara penuh. Walaupun, menurut Sayyid Muhammad Alawi, 

ada beberapa waktu tertentu yang menjadi waktu penyerahan amal 

kepada Allah subhanahu wa ta'ala selain bulan Sya'ban, yaitu setiap siang, malam, setiap pekan. 

Ada juga beberapa amal yang diserahkan langsung kepada Allah tanpa 

menunggu waktu-waktu tersebut, yaitu catatan amal shalat lima waktu.

3. Penurunan Ayat tentang Anjuran Shalawat untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

Pada bulan Sya'ban juga diturunkan ayat anjuran untuk bershalawat untuk 

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, 

yaitu Surat Al-Ahzab ayat 56.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

"Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. 

 Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan 

 ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."

Ibnu Abi Shai Al-Yamani mengatakan, bulan Sya'ban adalah bulan shalawat. 

Karena pada bulan itulah ayat tentang anjuran shalawat diturunkan. 

Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat Imam Syihabuddin Al-Qasthalani 

dalam Al-Mawahib-nya, serta Ibnu Hajar Al-Asqalani yang mengatakan bahwa 

ayat itu turun pada bulan Sya'ban tahun ke-2 hijriyah. 

#SholluAlanNabi#

۞ﺍَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ۞

۞ﺍَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ۞

۞ﺍَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ۞

۞ﺍَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ۞

۞ﺍَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ۞

۞ﺍَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ۞

۞ﺍَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ۞

۞ﺍَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ۞

۞ﺍَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ۞

۞ﺍَﻟﻠّٰﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ۞


Sumber :

Kitab Ma Dza fi Sya’ban 

Karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki

Tidak ada komentar: