Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

Manakib Habib Umar bin Ja’far Assegaf


Suarabamega25.com - Habib Umar adalah kakek dari Habib Hasan bin Ja’far Assegaf (Pemimpin Majlis Nurul Musthofa Jakarta). Ayah dari wasit sepakbola terbaik se Asia Tenggara (Habib Jakfar Assegaf) Habib Umar lahir tahun 1889 di kota Palembang. 

Ayah Habib Umar adalah Habib Ja’far adalah seorang saudagar besar dan beliau mempunyai saudara Al Habib Ali bin Ja’far Assegaf yang pertama kali di Indonesia menukil silsilah para habaib di Indonesia.

Dimasa kecil Habib  Umar menghafal Hadits Arbain An Nawawiyyah, Zubad (kitab), Kitab Muwatto Imam Malik pada usia 15 tahun.

Pada umur 20 tahun  berguru dengan Habib Ahmad bin Hasan Alatas, Hadhramaut dan  Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al Habsyi (Pencipta Maulid Simthur Durar). Habib Umar kemudian melanjutkan pergi haji yang pertama pada usia 25 tahun. Kemudian  menuju ke Palembang dan bersyiar dengan sahabat beliau Al Habib Alwi bin Syeikh Assegaf.  

Ketika di Kota Empek-Empek Palembang yang terkenal pacak nian itu, bertemu dengan ulama–ulama besar diantaranya Al Habib Abdullah bin Muchsin Alattas sekaligus guru beliau.

Pada umur 30 tahun, Habib Umar menuju Surabaya, Madiun, Jepara, Semarang, Pekalongan, Tegal, Cirebon, dan menikahi putri pondok pesantren “Buntet” K.H Abdullah Anshori, yang bernama Siti Jamilah binti Abdullah Anshori.

Saat usianya memasuki umur 35 tahun berdakwah di Banten sampai usia 40 tahun, lalu menuju Jakarta dan bertemu dengan sahabat-sahabat beliau, diantaranya: Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi (Kwitang, Senin Jakarta Pusat), Habib Ali bin Husein Alattas, Habib Salim bin Ahmad bin Jindan (Otista, Jakarta), Habib Sholeh bin Muchsin Al Hamid, Tanggul (Habib Soleh Tanggul Jember) Habib Alwi bin Muhammad Al Haddad (Tegal).

Selama tinggal dan bermukim di Jakarta, Habib Umar banyak menetap di Kebayoran Lama. Masa mudanya di isi dengan berdakwah dan menuntut ilmu bersama Habib Abdullah bin Muchsin Alattas dan  Habib Ustman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya (Mufti Betawi).

Sampai beranjak umur 40 tahun ia berdakwah atas perintah guru-guru nya yang telah wafat.

Keramat Habib Umar, salah satu diantaranya, dikisahkan suatu hari Habib Umar pernah di kepung  gerombolan perampok, lalu ditanya,”Siapa yang menyuruhmu kemari, Wahai orang yang berjenggot putih?” Spontan Habib Umar mengatakan “Alloh”. 

Tiba-tiba gerombolan tersebut kaku bagaikan patung, yang akhirnya semua gerombolan tersebut taubat kepada Allah.

Habib Umar Assegaf dikisahkan juga pernah berjumpa dengan Nabi Khidir A.S. Suatu hari ada orang yang datang kepada beliau dengan pakaian compang camping lalu Habib Umar berkata , “Selamat datang wahai Nabiyullah Khidir”. 

Dan Nabi Khidir AS memberi ijazah kepada Habib Umar dengan do’a sapu jagat sebanyak sebanyak 15.000 x setiap hari.

عَذَا بَ النَّا رِ

Bacaan latin: Rabbanaa aatinaa fiddunya hasanataw wa fil aakhirati hasanataw waqinaa 'adzaaban naar

Artinya: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka."

Diriwayatkan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menggunakan bentuk doa yang mirip, bunyinya:

"Allahummaaatina fid dunyaa hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qinaa 'adzaban naar,"

Artinya: "Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari azab neraka." (HR Bukhari dan Muslim).

Habib Umar menduduki maqom Yaqadzatan (berjumpa ) dalam keadaan terjaga dengan Nabi Muhammad SAW. 

Suatu hari Habib Umar berdakwah  dan menghafal Al Qur’an.

Saking bersemangat menerangkan isi Al Qur’an dari Surah at Taubah di perayaan Maulid, tiba-tiba ia menjelaskan ayat yang berbunyi , “Laqod jaa-akum Rosuulun min anfusikum ‘aziizun ‘alaihi maa ‘anittum hariishun ‘alaikum bil-mukminiina ro-uufurrohiim. Fain tawallaw faqul hasibiyalloohu laa-ilaaha illaa huwa ‘alaihi tawakkaltu wahuwa Robbul ‘arsyil adziim.

Artinya: "Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman."

"Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), “Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arasy yang agung."

Setelah selesai ayat itu dibaca beliau menangis, dan ditanya murid beliau : “Mengapa Habib menangis?” beliau menjawab : “ didepanku ada Rasulullah SAW.

Bahkan sering di setiap ayat Al Qur’an menyebut nama Nabi SAW, pandangannya melihat wajah (hijab) terbuka berjumpa dengan Nabi SAW.

Pada masa tua Habib Umar tak lepas membaca manaqib Tuan Syeikh Abdul Qadir Zaelani, dan membaca Asmaul Husna. Yang akhirnya pada bulan Dzulhijjah (Idul Adha) tepat tanggal 10 hari Kamis ba’da Ashar pada usia 99 tahun Habib Umar menutup akhir hayatnya. Dengan sakit demam yang ringan. Terhembus dari lisan beliau kalimat terakhir “Laa ilaha illallah Muhammadurrasulullah”.

Jenazah Habib Umar kemudian disholatkan di Bogor, yang dipimpin langsung oleh anak Habib Abdullah bin Muchsin Alatas yaitu Habib Husien bin Abdullah Alattas. Dan dikebumikan hari Jum’at di Cibedug Bogor, Jawa Barat. (Aji)

Tidak ada komentar: