Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

Khotmil Al Quran ke 50 dan Haul Masyayikh Ponpes Pandanaran Dimeriahkan Habib Syekh Abdul Qadir Assegaf


Suarabamegabamega25.com, Yogyakarta - Pondok Pesantren Sunan Pandanaran (PPSPA) di Ngaglik Sleman menggelar malam, Puncak Acara haul dan Khotmil Quran ke 50 tahun 2024 ini digelar pada Senin , 26 Februari 2024 bertepatan malam17 Syskban 1445.

Pondok Pesantren Sunan Pandanaran didirikan oleh KH Mufid Mashud bersama istri beliau yang bernama Hj Jauharoh yang merupakan putri dari pendiri Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak Yogyakarta yakni KH Munawwir.

PPSPA berdiri pada tanggal 17 Dzulhijjah 1395 H, yang bertepatan dengan tanggal 20 Desember 1975 M.

Jika melihat kronologi berdirinya Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta sebenarnya ada tali sejarah yang menghubungkan PPSPA dengan pondok pesantren Al Munawwir, 

Almarhum Simbah Kiai Mufid Mas’ud, pendiri dan pengasuh pesantren ini, semula adalah pengasuh Pondok Puteri Al Munawwir , Krapyak. Pada bulan Oktober 1975, kyai kelahiran Tembayat, Klaten, Jawa Tengah ini hijrah sekeluarga dari Krapyak ke desa Candi, Sleman.

Di sana beliau sekeluarga menempati tanah wakaf dari H Masduqi ‘Abdullah seluas 2000 meter persegi yang terletak sekitar 200 meter sebelah barat jalan raya Yogya-Kaliurang Km 12,5.

Masih berasal dari sumber yang sama, di desa yang berada di lereng Gunung Merapi inilah Mbah Mufid mendirikan pesantren sekitar dua bulan pascakepindahan beliau dari Krapyak.

Pada mulanya, bangunan PPSPA hanya berupa masjid dan rumah sederhana yang berdiri di atas tanah wakaf tersebut. Adapun mengenai pengambilan Sunan Pandanaran sebagai nama pondok pesantren ini adalah untuk menghargai jasa-jasa Sunan Pandanaran (Sunan Tembayat) yang merupakan leluhur Mbah Mufid dalam upaya penyebaran Islam di Jawa khususnya di Tembayat, Klaten.

Penggunaan nama Sunan Pandanaran sebagai nama Pondok Pesantren ini juga mempunyai tujuan untuk ber-tafa’ul, berusaha untuk meniru dan mengikuti kegigihan, serta mewarisi semangat Sunan Pandanaran dalam menjalankan misi Islam sampai ke pelosok pedesaan.

 

Tujuan ini tidak lepas dari peranan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang berfungsi sebagai pencetak kader pemimpin Islam yang rela berjuang demi kejayaan Islam. Penggunaan nama ini berharap akan mampu mengikuti kerelaan Sunan Pandanaran dalam usahanya memakmurkan Islam dan umat Islam.

Selain itu, pesantren ini bertujuan untuk berusaha melanjutkan perjuangan yang telah dilakukan oleh Sunan Pandanaran.

Latar belakang berdirinya PPSPA adalah karena adanya kesadaran perlunya dakwah islamiah dan terbinanya kader muballigh, penerus perjuangan ‘ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah khususnya warga Nahdliyyin (NU) sebagai basis dasar dari Mbah Mufid dan pesantren ini dalam rangka menghadapi tantangan zaman yang kian waktu kian kompleks dan dinamis.

Motivasi berdirinya Pesantren ini adalah, pertama, merupakan niat yang luhur dari K.H. Mufid Mas’ud yang kala itu masih menjabat sebagai pengasuh PP. Putri al-Munawwir Krapyak untuk melaksanakan panggilan hati yang suci demi izzil islam wal muslimin.

Kedua, adanya permohonan langsung dari K.H. Jamhari (Ketua PWNU DIY saat itu) dan K.H. Masduqi Abdullah kepada beliau untuk mendirikan Pesantren di atas tanah wakaf dari Nyai Abdullah Umar dan KH Masduqi Abdullah yang keduanya merupakan ahli waris sekaligus istri dan anak satu satunya dari KH Abdullah Umar.

Ketiga, adanya pengertian serta keikhlasan yang mendalam demi melaksanakan tugas yang berat tapi mulia dari sesepuh serta keluarga besar PP. Al Munawwir Krapyak, khususnya KH Ali Ma’shum.

Dan keempat, sudah adanya restu dari para ulama, terutama guru-guru Mbah Mufid seperti KH Abdul Hamid Pasuruan, Habib Muhammad Ba’abud Lawang Malang, KH Ali Ma’shum Krapyak Yogya dan juga KH Muntaha Wonosobo.


Secara garis besar, model awal PPSPA adalah pesantren salaf yang mengonsentrasikan diri pada tahfidh Al-Quran saja. Maka dari itu, santri yang datang ke sana pada umumnya adalah mereka yang benar-benar ingin intens menghafal atau mengaji Al Quran.

Hal ini karena secara umum, Mbah Mufid memiliki latar belakang tahfidh Al-Quran yang cukup panjang, serta banyaknya beliau berkecimpung di dunia pesantren salaf.

Sedangkan kecenderungan pesantren ini sama dengan paham yang selama ini dianut oleh Nahdlatul ‘Ulama (NU) sebagai basis organisasi yang menjadi rujukan Mbah Mufid yakni Islam Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah.

Meskipun demikian, Mbah Mufid merupakan sosok kiai NU yang sangat terbuka dan tidak kolot. Hal ini terbukti dengan dinamisnya pondok pesantren yang beliau asuh menjadi pesantren yang besar dan maju.

Acara khotmil Qur’an Pondok Pesantren Sunan Pandanaran biasanya dilakukan secara rutin yaitu satu tahun sekali.

Dalam pelaksanaannya, biasanya Pondok Pesantren Sunan Pandanaran mewisuda ratusan hingga ribuan santri yang mencakup khotimin/khotimat Juz ‘Amma, khotimin/khotimat binnadhri, dan khotimin/khotimat Bil Ghoib.

Para santri yang ingin mengikuti khotmil Qur’an diwajibkan mengikuti tahapan-tahapan tes yang diselenggarakan oleh pengurus Pondok Pesantren Sunan Pandanaran.

Peserta khotmil Qur’an terdiri dari tiga macam cabang yaitu Juz ‘Amma, Binnadhri dan Bil Ghoib. Setiap cabang memiliki syarat dan ketentuannya masing-masing.

Cabang Juz ‘Amma merupakan cabang pertama yang harus diikuti oleh seluruh santri Pondok Pesantren Sunan Pandanaran.

Santri yang ingin mengikuti khotmil Qur’an Juz ‘Amma di wajibkan telah menghafal juz 30 dan telah disetorkan kepada Badal (penyimak).

Selain itu, ada beberapa syarat lain untuk mengikuti khotimil Qur’an cabang Juz ’Amma, seperti: telah mengikuti pelatihan Yanbu’a dibuktikan dengan syahadah yang sah dan mengikuti daurah Al-Qur’an.

Dalam tahapan tesnya tak hanya mengenai bacaan hafalan AL-Qur’an juz 30 saja tetapi santri juga di tes mengenai doa dan tata cara wudhu, doa dan niat sholat wajib, sholawat-sholawat pilihan dan berbagai pengetahuan terkait ilmu tajwid. 

Cabang kedua yakni Binnadhri. Dalam cabang ini, santri yang ingin mengikuti khotmil Qur’an binnadhri diwajibkan telah menghafal surat Al-Kahfi dan Yasin yang telah disetorkan ke badal (penyimak) dan mengikuti daurah Al-Qur’an 30 Juz.

Dalam pelaksanaan tes nya, selain di tinjau dari segi bacaan hafalannya, santri juga ditinjau dari segi wawasan dan pengetahuannya terkait amalan sunah yang meliputi doa dan niat sholat sunnah, tahlil, dan sholawat-sholawat pilihan.

Puncak Acara haul dan Khotmil Quran ke 50 tahun 2024 ini digelar pada Senin , 26 Februari 2024 bertepatan malam 17 Syskban 1445.

Pondok  Pesantren Pandanaran yang kini diasuh oleh Dr KH Mu’tasim Billah ini selain menggelar Haul Para Masyayikh Ponpes Pandanaran yakni K.H. Mufid Mas’ud dan Nyai Hj Jauharoh serta

Khotmil Quran ke 50 juga menghadirkan Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf dari Solo sebagai pengisi bersama putra habib syekh yakni Habib Hadi sekaligus juga untuk mendoakan dan peringatan Haul Habib Abdul Qadir Assegaf dan Masyayikh Ponpes Pandan aran yakni . Acara Pamungkas Ponpes Pandan Aran Bersholawat yang diikuti oleh ribuan santri dan alumni ponpes serta warga sekitar yang terletak di Jl Kaliurang Km 12.5 , Sleman Yogyakarta itu. ( Aji)

Tidak ada komentar: