Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

Haul ke-5 Mbah Maemun di berbagai Daerah, Jamaah Tumpek Blek


Suarabamega25.com, Rembang - Rabu malam(5/6), bertepatan iadakan haul Mbah Maemun Zuubair. Rangkaian kegiatan sudah dimulai sejak pukul 15.00 WIB.

Informasi yang diterima santri dan masyarakat tumpah ruah di sekitar Ponpes Al Anwar Sarang.Berdasarkan rundown acara yang diterima  dari santri yang bertugas di keluarga Pengasuh Ponpes Al Anwar, acara selepas Shalat Isya  diawali dengan pembacaan Maulid Diba’ .

Sedangkan sambutan atas nama Pengasuh Ponpes Al Anwar   disampaikan oleh KH Wafi Maemoen Zuvair.

Pada awal Mei juga digelar Haul Mbah Maemun di kediaman KH Bahaudin Nur Salim (Gus Baha) dengan acara Bahsul Masail bersama Gus Reza (Kediri).

Sabtu siang di Mala Mekah juga digelar Haul KH Maemun Zubair yan menghadirkan pembicara Habib Novel Alaydrus Solo dan Habib Jindan bin Novel Salim Ahmad Jindan.Acara ini juga dihadiri oleh Wamenag RI, Saiful Rahmat Dasuki. Sedangkan  xari pihak keluarga yakni KH Najih Maemun Zubair dan  KH Ubaidillah Maemun Zubair.

Sementara di Kab Rembang malam   minggu ini (semalam) juga digelar sholawatan bersama Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf dan Dr.KH Abdul Ghofur Maemun Zubair.

Mbah Moen

Ulama sepuh ini sangat teguh dalam berpendirian, tapi di sisi lain ia juga sangat menghargai perbedaan.


Di kalangan para ulama Nahdlatul Ulama, bahtsul masail diniyyah (pembahasan masalah-masalah keagamaan) merupakan forum untuk berdiskusi, bermusyawarah, dan memutuskan berbagai masalah keagamaan mutakhir dengan merujuk berbagai dalil yang tercantum dalam kitab-kitab klasik.

Dalam forum seperti itu, Pondok Pesantren Al-Anwar (di Desa Karangmangu, Sarang, Rembang, Jawa Tengah) sangat disegani. Bukan saja karena ketangguhan para santrinya dalam penguasaan hukum Islam, tapi juga karena sosok kiai pengasuhnya yang termasyhur sebagai faqih jempolan. Kiai yang dimaksud adalah K.H. Maimoen Zoebair.

Meski sudah sangat sepuh, 78 tahun, alumnus Ma’had Syaikh Yasin Al-Fadani di Makkah itu masih aktif menebar ilmu dan nasihat kepada umat. Di sela-sela kegiatan mengajarkan kitab Ihya Ulumiddin dan kitab-kitab tasawuf lainnya kepada pada santri senior setiap ba’da subuh dan ashar, Mbah Maimoen, demikian ia biasa dipanggil, masih menyempatkan diri menghadiri undangan ceramah dari kampung ke kampung, dari masjid ke masjid, dari pesantren ke pesantren.

Dalam berbagai ceramahnya, kearifan Mbah Maimoen selalu tampak. Di sela-sela tausiyahnya tentang ibadah dan muamalah, ia tidak pernah lupa menyuntikkan optimisme kepada umat yang tengah dihantam musibah bertubi-tubi.

Ia memang ulama yang sangat disegani di kalangan NU, kalangan pesantren, dan terutama sekali kalangan kaum muslimin di pesisir utara Jawa. Ceramahnya sarat dengan tinjauan sejarah, dan kaya dengan nuansa fiqih, sehingga membuat betah jamaah pengajian untuk berlama-lama menyimaknya.

Kiai sepuh beranak 15 (tujuh putra, delapan putri) ini memang unik. Tidak seperti kebanyakan kiai, ia juga sering diminta memberi ceramah dan fatwa untuk urusan nonpesantren. Rumahnya di tepi jalur Pantura tak pernah sepi dari tokoh-tokoh nasional, terutama dari kalangan NU dan PPP, yang sowan minta fatwa politik, nasihat, atau sekadar silaturahmi. Ia memang salah seorang sesepuh warga nahdliyin yang bernaung di bawah partai berlambang Ka’bah itu.

Belum lagi ribuan mantan santrinya yang secara rutin sowan untuk berbagi cerita mengenai kiprah dakwah masing-masing di kampung halaman. Beberapa di antara mereka berhasil menjadi tokoh di daerah masing-masing, seperti K.H. Habib Abdullah Zaki bin Syaikh Al-Kaff (Bandung), K.H. Abdul Adzim (Sidogiri, Pasuruan), K.H. Hafidz (Mojokerto), K.H. Hamzah Ibrahim, K.H. Khayatul Makki (Mantrianom, Banjarnegara), K.H. Dr. Zuhrul Anam (Leler, Banyumas), dan masih banyak lagi.

Kiai GaulK .H. Maimoen adalah putra K.H. Zoebair, ulama besar di kawasan Pantura Jawa Tengah dan bagian barat Jawa Timur. Lahir di Dusun Karangmangu, Sarang, pada bulan Oktober 1928, ia anak pertama sulung dari 14 bersaudara. Meski keturunan ulama besar, Maimoen tidak dibesarkan di menara gading yang terpisah dari lingkungannya. Orangtuanya justru mendidiknya agar membaur ke dalam masyarakat.

Tidak ada komentar: