Kalajengking pun Dipolitisasi Mereka yang Membenci Jokowi, Semoga Cepat Waras!
Suarabamega25.com – Dunia maya sempat diramaikan, dan masih terus ramai oleh kehadiran racun kalajengking. Lho, kok bisa? Iya, pidato Jokowi yang sempat memberi analogi tentang racun kalajengking dijadikan sasaran tembak dan alat menebar fitnah gerombolan sontoloyer.
Kenapa bisa begitu? Saya sendiri nggak paham kenapa mereka begitu bodoh dan membabibuta. Namun, kita harus maklum saja, karena masih banyak pegiat maupun pengguna media sosial yang ‘kurang waras’.
Mereka keranjingan memotong-motong sepenggal kalimat dalam sebuah pidato lalu menafikan keseluruhan konteks.
Parahnya lagi, potongan itu tanpa ragu disebarkan seakan potongan itu adalah fakta kebenaran.
Ini tak beda jauh dengan kaum beragama yang suka cuplik ayat kitab suci sana sini tanpa melihat konteks keseluruhan pembacaan dimana ayat itu berada, dan dengan pongah menganggap apa yang ia comot itu adalah sebuah kebenaran yang dapat diberlakukan dimana saja serta kapan saja. Dibawa kayak membawa pentungan, supaya bisa mentungin orang kiri kanan. Sama blekoknya.
Karena soal kalajengking ini jugalah seorang politisi Partai Geridra langsung ambil bagian, ikut menggoreng, sampai-sampai mengatakan bahwa Jokowi tidak pantas jadi Presiden. Bodohnya minta ampun statement tersebut deh. Parah. Mau menggoreng tetapi salah goreng, partai ooh partai….ke laut saja mendingan.
Nah, yang beredar luas di media sosial adalah mengenai adanya perintah Pak Jokowi untuk supaya kita mencari penghidupan dengan mengumpulkan kalajengking saja, oleh karena begitu susahnya hidup sekarang ini.
Orang bodoh akan menelannya mentah-mentah. Orang pintar pasti akan mencari tahu lebih lanjut, benarkah seperti itu? Apakah Jokowi memang menyuruh kita untuk cari kalajengking, ambil racunnya lalu jual supaya kita cepat kaya?
Kalau kita mau sedikit berusaha untuk mencari jawabannya, pasti akan ketemu. Hanya orang malas yang mau menelan mentah-mentah setiap apa yang tersaji di media sosial.
Anda juga bodoh kalau menelan bulat-bulat tulisan saya. Lantas bagaimana dong? Mudah. Sederhana saja. Cari, baca, kemudian dengarkan sendiri pidato Jokowi secara utuh, yang oleh para sontoloyer dipenggal satu kalimat doang, diplintir sedemikian rupa dengan maksud memfitnah Jokowi. Telaah pidato itu baik-baik. Itu baru namanya Anda adalah seorang pembaca yang cerdas.
Kemudian Anda masih bertanya lagi, mana videonya? Apakah ada videonya? Bagi dooong…. Jelas ada, cari saja di Youtube, jangan malas jadi orang, please deh. Pidato Jokowi pada acara MUSRENBANGNAS RKP 2019 ada di Youtube, dimana saat itu Jokowi mengatakan bahwa racun kalajengking lebih mahal dari emas.
Pelintiran dan fitnah keji pastilah akan terus menerus menerjang Jokowi menjelang PILPRES 2019. Hal itu amat pasti. Kita tidak boleh menisbikan hal-hal semacam itu. Saban hari kita diperhadapkan pada fitnah dan berita hoax, maka saban hari pula kita harus siap menghadapinya.
Sebagai warga yang masih waras, maka ketidakwarasan mereka harus kita hadapi dengan menjadi semakin waras, juga semakin bijaksana. Sontoloyers never die, maka kita pun never give up. Mantaaaap.
Dalam pidatonya, Jokowi menjelaskan bahwa salah satu komoditas termahal di dunia adalah racun kalajengking. Namun ada yang lebih berharga lagi dari racun kalajengking tersebut. Apakah itu? Jawabannya adalah “WAKTU”.
Karena itu bangsa Indonesia bila ingin maju harus manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Ini sebenarnya inti maksud perkataan Presiden Jokowi saat itu, yaitu manfaatkanlah waktu sebaik mungkin, jadi bukan soal racun kalajengking.
Kalimat “kalau mau kaya pelihara kalajengking saja”, adalah sebuah guyonan yang sama sekali tidak bermaksud menyuruh orang berburu atau beternak kalajengking.
Jadi tidak benar sama sekali apabila ada yang mengatakan bahwa itu tuh si Presiden Jokowi menginstruksikan rakyatnya untuk berburu kalajengking saja untuk mencari nafkah. Ini mah sontoloyer blekok kwadrat namanya. Masak si Fadli Zonk dan Fakry Ngehek mau disuruh berburu kalajengking juga? Ha ha ha, bisa jadi justru bakalan digigit kalajengking dua mahluk cerewet itu.
Ini biar tambah jelas, saya sertakan di sini kutipan kalimat Jokowi yang sebenarnya pada pidato tersebut:
“… Apa komoditas yang paling mahal di dunia? Pasti banyak yang menjawab emas. Bukan emas! Bukan emas! Ada fakta yang menarik yang saya dapat dari informasi yang saya baca. Komoditas yang paling mahal di dunia saat ini adalah racun dari scorpion, racun dari kalajengking. Harganya 10,5 juta US dollar, per liter! Artinya berapa? 145 Miliar per liter! Jadi Pak Gubernur, Pak Walikota kalau mau kaya, cari racun dari Kalajengking (Jokowi tersenyum dan disambut tawa para hadirin).
Yang kedua ada komoditas super mahal, yang namanya Californium 252, zat kimia yang dipakai dalam eksplorasi minyak dan gas. Harganya mau tahu? 27 juta US dollar per gram. Itu kurang lebih dirupiahkan 375 miliar per gram! Saya juga ndak ngerti barangnya.
Tapi bapak ibu sekalian. Meskipun ada komoditas-komoditas paling mahal di dunia, tapi yang paling mahal adalah WAKTU! Ini perlu digarisbawahi, WAKTU! Coba kita lihat. Sepuluh tahun lewatnya cepat atau tidak? Menurut saya, sepuluh tahun terasa lewatnya sangat cepat sekali. Kita ingat, coba kita ingat. Tiga puluh tahun lalu, kurang lebih tahun 1988. Waktu itu belum ada yang namanya HP. Waktu itu hidup kita terasa pelan. Kalau mau telepon-teleponan, kita tunggu sampai kantor dulu baru bisa telepon. Atau kalau dalam perjalanan kita tunggu sampai rumah dulu baru bisa telepon. Ya kan?….”
Apakah dalam pidato tersebut Anda temukan pesan penting Jokowi yang menyuruh rakyatnya mencari kalajengking saja sebagai pengganti cari nafkah lainnya? Tidak ada. Malah ada guyon Pak Jokowi menyebutkan, “Jadi Pak Gubernur, Pak Walikota kalau mau kaya, cari racun dari Kalajengking…” ini sama sekali tidak ditujukan buat rakyat kebanyakan tetapi buat para pemimpin. Saya membayangkan kalimat ini mengandung Majas Innuendo. Jokowi sedang nyindir sebetulnya, hei Pak Gubernur, Pak Walikota kalau mau kaya nggak usah korupsi, tetapi cari saja racun Kalajengking harganya mahal. Kurang lebih seperti itu. Jadi nggak ada sama sekali tuh Presiden Jokowi nyuruh rakyatnya untuk cari Kalajengking karena hidup sudah semakin susah.
Mudah-mudahan sudah tercerahkan. Kalau ke depannya Anda masih temukan orang-orang yang suka memplintir perkataan Presiden kita, dan memfitnah Presiden Jokowi sebegitu rupa, coba Anda siapkan saja beberapa kalajengking hidup yang beracun, lalu masukkan itu ke dalam celananya. Supaya dia segera tau, bahwa betapa mahalnya harga yang harus dibayar oleh fitnah beracun yang dia tebarkan ke orang lain ha ha ha. Ada amin saudara?
Kita memang tidak boleh menganggap remeh orang bodoh dalam skala besar. Mereka akan jadi kuat karena banyaknya, kendatipun misalnya bodoh semua isinya. George Carlin bilang, “Never underestimate the power of stupid people in large groups.”
Sumber: seword.com
Kenapa bisa begitu? Saya sendiri nggak paham kenapa mereka begitu bodoh dan membabibuta. Namun, kita harus maklum saja, karena masih banyak pegiat maupun pengguna media sosial yang ‘kurang waras’.
Mereka keranjingan memotong-motong sepenggal kalimat dalam sebuah pidato lalu menafikan keseluruhan konteks.
Parahnya lagi, potongan itu tanpa ragu disebarkan seakan potongan itu adalah fakta kebenaran.
Ini tak beda jauh dengan kaum beragama yang suka cuplik ayat kitab suci sana sini tanpa melihat konteks keseluruhan pembacaan dimana ayat itu berada, dan dengan pongah menganggap apa yang ia comot itu adalah sebuah kebenaran yang dapat diberlakukan dimana saja serta kapan saja. Dibawa kayak membawa pentungan, supaya bisa mentungin orang kiri kanan. Sama blekoknya.
Karena soal kalajengking ini jugalah seorang politisi Partai Geridra langsung ambil bagian, ikut menggoreng, sampai-sampai mengatakan bahwa Jokowi tidak pantas jadi Presiden. Bodohnya minta ampun statement tersebut deh. Parah. Mau menggoreng tetapi salah goreng, partai ooh partai….ke laut saja mendingan.
Nah, yang beredar luas di media sosial adalah mengenai adanya perintah Pak Jokowi untuk supaya kita mencari penghidupan dengan mengumpulkan kalajengking saja, oleh karena begitu susahnya hidup sekarang ini.
Orang bodoh akan menelannya mentah-mentah. Orang pintar pasti akan mencari tahu lebih lanjut, benarkah seperti itu? Apakah Jokowi memang menyuruh kita untuk cari kalajengking, ambil racunnya lalu jual supaya kita cepat kaya?
Kalau kita mau sedikit berusaha untuk mencari jawabannya, pasti akan ketemu. Hanya orang malas yang mau menelan mentah-mentah setiap apa yang tersaji di media sosial.
Anda juga bodoh kalau menelan bulat-bulat tulisan saya. Lantas bagaimana dong? Mudah. Sederhana saja. Cari, baca, kemudian dengarkan sendiri pidato Jokowi secara utuh, yang oleh para sontoloyer dipenggal satu kalimat doang, diplintir sedemikian rupa dengan maksud memfitnah Jokowi. Telaah pidato itu baik-baik. Itu baru namanya Anda adalah seorang pembaca yang cerdas.
Kemudian Anda masih bertanya lagi, mana videonya? Apakah ada videonya? Bagi dooong…. Jelas ada, cari saja di Youtube, jangan malas jadi orang, please deh. Pidato Jokowi pada acara MUSRENBANGNAS RKP 2019 ada di Youtube, dimana saat itu Jokowi mengatakan bahwa racun kalajengking lebih mahal dari emas.
Pelintiran dan fitnah keji pastilah akan terus menerus menerjang Jokowi menjelang PILPRES 2019. Hal itu amat pasti. Kita tidak boleh menisbikan hal-hal semacam itu. Saban hari kita diperhadapkan pada fitnah dan berita hoax, maka saban hari pula kita harus siap menghadapinya.
Sebagai warga yang masih waras, maka ketidakwarasan mereka harus kita hadapi dengan menjadi semakin waras, juga semakin bijaksana. Sontoloyers never die, maka kita pun never give up. Mantaaaap.
Dalam pidatonya, Jokowi menjelaskan bahwa salah satu komoditas termahal di dunia adalah racun kalajengking. Namun ada yang lebih berharga lagi dari racun kalajengking tersebut. Apakah itu? Jawabannya adalah “WAKTU”.
Karena itu bangsa Indonesia bila ingin maju harus manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Ini sebenarnya inti maksud perkataan Presiden Jokowi saat itu, yaitu manfaatkanlah waktu sebaik mungkin, jadi bukan soal racun kalajengking.
Kalimat “kalau mau kaya pelihara kalajengking saja”, adalah sebuah guyonan yang sama sekali tidak bermaksud menyuruh orang berburu atau beternak kalajengking.
Jadi tidak benar sama sekali apabila ada yang mengatakan bahwa itu tuh si Presiden Jokowi menginstruksikan rakyatnya untuk berburu kalajengking saja untuk mencari nafkah. Ini mah sontoloyer blekok kwadrat namanya. Masak si Fadli Zonk dan Fakry Ngehek mau disuruh berburu kalajengking juga? Ha ha ha, bisa jadi justru bakalan digigit kalajengking dua mahluk cerewet itu.
Ini biar tambah jelas, saya sertakan di sini kutipan kalimat Jokowi yang sebenarnya pada pidato tersebut:
“… Apa komoditas yang paling mahal di dunia? Pasti banyak yang menjawab emas. Bukan emas! Bukan emas! Ada fakta yang menarik yang saya dapat dari informasi yang saya baca. Komoditas yang paling mahal di dunia saat ini adalah racun dari scorpion, racun dari kalajengking. Harganya 10,5 juta US dollar, per liter! Artinya berapa? 145 Miliar per liter! Jadi Pak Gubernur, Pak Walikota kalau mau kaya, cari racun dari Kalajengking (Jokowi tersenyum dan disambut tawa para hadirin).
Yang kedua ada komoditas super mahal, yang namanya Californium 252, zat kimia yang dipakai dalam eksplorasi minyak dan gas. Harganya mau tahu? 27 juta US dollar per gram. Itu kurang lebih dirupiahkan 375 miliar per gram! Saya juga ndak ngerti barangnya.
Tapi bapak ibu sekalian. Meskipun ada komoditas-komoditas paling mahal di dunia, tapi yang paling mahal adalah WAKTU! Ini perlu digarisbawahi, WAKTU! Coba kita lihat. Sepuluh tahun lewatnya cepat atau tidak? Menurut saya, sepuluh tahun terasa lewatnya sangat cepat sekali. Kita ingat, coba kita ingat. Tiga puluh tahun lalu, kurang lebih tahun 1988. Waktu itu belum ada yang namanya HP. Waktu itu hidup kita terasa pelan. Kalau mau telepon-teleponan, kita tunggu sampai kantor dulu baru bisa telepon. Atau kalau dalam perjalanan kita tunggu sampai rumah dulu baru bisa telepon. Ya kan?….”
Apakah dalam pidato tersebut Anda temukan pesan penting Jokowi yang menyuruh rakyatnya mencari kalajengking saja sebagai pengganti cari nafkah lainnya? Tidak ada. Malah ada guyon Pak Jokowi menyebutkan, “Jadi Pak Gubernur, Pak Walikota kalau mau kaya, cari racun dari Kalajengking…” ini sama sekali tidak ditujukan buat rakyat kebanyakan tetapi buat para pemimpin. Saya membayangkan kalimat ini mengandung Majas Innuendo. Jokowi sedang nyindir sebetulnya, hei Pak Gubernur, Pak Walikota kalau mau kaya nggak usah korupsi, tetapi cari saja racun Kalajengking harganya mahal. Kurang lebih seperti itu. Jadi nggak ada sama sekali tuh Presiden Jokowi nyuruh rakyatnya untuk cari Kalajengking karena hidup sudah semakin susah.
Mudah-mudahan sudah tercerahkan. Kalau ke depannya Anda masih temukan orang-orang yang suka memplintir perkataan Presiden kita, dan memfitnah Presiden Jokowi sebegitu rupa, coba Anda siapkan saja beberapa kalajengking hidup yang beracun, lalu masukkan itu ke dalam celananya. Supaya dia segera tau, bahwa betapa mahalnya harga yang harus dibayar oleh fitnah beracun yang dia tebarkan ke orang lain ha ha ha. Ada amin saudara?
Kita memang tidak boleh menganggap remeh orang bodoh dalam skala besar. Mereka akan jadi kuat karena banyaknya, kendatipun misalnya bodoh semua isinya. George Carlin bilang, “Never underestimate the power of stupid people in large groups.”
Sumber: seword.com
Tidak ada komentar: