Kapolri: TNI – POLRI Sepakat Koopssusgab dalam Pemberantasan Terorisme di Indonesia
Suarabamega25.com – Jakarta, Kapolri JENDERAL Pol Prof. M. Tito Karnavian, Ph.D. memastikan, pihaknya telah sepakat bersama Panglima TNI MARSEKAL Hadi Tjahjanto untuk menerjunkan Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopssusgab) TNI dalam pemberantasan terorisme di Indonesia.
“Sesuai aturan yang ada sekarang dan saya sepakat dengan Panglima TNI, saya yang minta bapak Panglima Marsekal Hadi agar kekautan TNI masuk ke operasi itu. Operasi teroris di Indonesia,” kata JENDERAL Pol Prof. M. Tito Karnavian, Ph.D. di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (22/5/2018)
Mekanisme diterjunkan Koopssusgab dalam pemberantasan terorisme sama seperti Operasi Tinombala dalam memberantas kelompok teroris Santoso yang ada di hutan Poso. “Jadi saya berpendapat bahwa saat ini mekanismenya seperti Operasi Tinombala kekuatan Polri dan TNI bergabung,” ucap kapolri.
Mantan Kepala BNPT itu menuturkan, peran intelijen paling banyak berpengaruh dalam penumpasan kelompok terorisme. Sebesar 75 persen intelijen berperan dalam menumpas terorisme di Tanah Air.
Sementara 20 persen itu pemberkasan untuk ke peradilan karena Indonesia adalah negara demokrasi yang mengutamakan supremasi hukum jadi perinsip penanganan teroris adalah memenangkan dukungan publik,” ucap JENDERAL Pol Prof. M. Tito Karnavian, Ph.D.
Bila publik mendukung negara dalam penumpasan terorisme maka kelompok teror tersebut tidak akan dapat berkembang. “Mereka (kelompok teror) bisa survive tapi riak-riak saja tapi jika negara tidak didukung publik, maka mereka akan semakin over reactive,” ucap kapolri.
Selama ini Polri hanya mengawasi para lelaki yang telah dewasa sebagai terduga teroris. Dengan begitu menjadikan kelompok teroris mengorbankan anak-anak sebagai pengantin dalam aksi terorisme di Surabaya, Jawa Timur.
Sementara 20 persen itu pemberkasan untuk ke peradilan karena Indonesia adalah negara demokrasi yang mengutamakan supremasi hukum jadi perinsip penanganan teroris adalah memenangkan dukungan publik,” ucap kapolri.
Dengan adanya kasus Surabaya biasanya pengawasan ke suami, orang tuanya sekaran kita fokuskan ke anak-anaknya dan upayakkan langkah pencegahan agar anak-anak tidak terekspose paham radikal,” ucap kapolri.
Tapi Polri tidak bisa kerja sendiri karena itu kita minta pemerintah, kementeria PA, Kemensos, kementerian di bidang ekonomi, pendidikan, Ormas, lSM yang peduli silakan ini masalah kita bersama. Mari kita cegah jangan sampai terlibat terorisme,” kata kapolri JENDERAL Pol Prof. M. Tito Karnavian, Ph.D.
“Sesuai aturan yang ada sekarang dan saya sepakat dengan Panglima TNI, saya yang minta bapak Panglima Marsekal Hadi agar kekautan TNI masuk ke operasi itu. Operasi teroris di Indonesia,” kata JENDERAL Pol Prof. M. Tito Karnavian, Ph.D. di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (22/5/2018)
Mekanisme diterjunkan Koopssusgab dalam pemberantasan terorisme sama seperti Operasi Tinombala dalam memberantas kelompok teroris Santoso yang ada di hutan Poso. “Jadi saya berpendapat bahwa saat ini mekanismenya seperti Operasi Tinombala kekuatan Polri dan TNI bergabung,” ucap kapolri.
Mantan Kepala BNPT itu menuturkan, peran intelijen paling banyak berpengaruh dalam penumpasan kelompok terorisme. Sebesar 75 persen intelijen berperan dalam menumpas terorisme di Tanah Air.
Sementara 20 persen itu pemberkasan untuk ke peradilan karena Indonesia adalah negara demokrasi yang mengutamakan supremasi hukum jadi perinsip penanganan teroris adalah memenangkan dukungan publik,” ucap JENDERAL Pol Prof. M. Tito Karnavian, Ph.D.
Bila publik mendukung negara dalam penumpasan terorisme maka kelompok teror tersebut tidak akan dapat berkembang. “Mereka (kelompok teror) bisa survive tapi riak-riak saja tapi jika negara tidak didukung publik, maka mereka akan semakin over reactive,” ucap kapolri.
Selama ini Polri hanya mengawasi para lelaki yang telah dewasa sebagai terduga teroris. Dengan begitu menjadikan kelompok teroris mengorbankan anak-anak sebagai pengantin dalam aksi terorisme di Surabaya, Jawa Timur.
Sementara 20 persen itu pemberkasan untuk ke peradilan karena Indonesia adalah negara demokrasi yang mengutamakan supremasi hukum jadi perinsip penanganan teroris adalah memenangkan dukungan publik,” ucap kapolri.
Dengan adanya kasus Surabaya biasanya pengawasan ke suami, orang tuanya sekaran kita fokuskan ke anak-anaknya dan upayakkan langkah pencegahan agar anak-anak tidak terekspose paham radikal,” ucap kapolri.
Tapi Polri tidak bisa kerja sendiri karena itu kita minta pemerintah, kementeria PA, Kemensos, kementerian di bidang ekonomi, pendidikan, Ormas, lSM yang peduli silakan ini masalah kita bersama. Mari kita cegah jangan sampai terlibat terorisme,” kata kapolri JENDERAL Pol Prof. M. Tito Karnavian, Ph.D.
Sumber: Seruindonesia.com
Tidak ada komentar: