Sate Tulang Khas Banjar yang Bikin Nagih
Suarabamega25.com – Berkembara lidah di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, cocok dilakukan saat akhir pekan. Kota yang populer dengan pasar terapungnya ini memiliki beragam penganan seru untuk dijajal.
Kuliner yang kesohor di sana adalah soto. Namun, tak hanya soto, Banjarmasin memiliki varian kuliner tradisional lain. Misalnya sate tulang.
“Sate tulang ini memang khas. Namun sekarang sudah sulit ditemui di Banjarmasin,” kata salah satu penjual sate tulang di Jakarta yang memiliki gerai Rumah Makan Borneo, Maria Jessica, saat ditemui di Festival Soto dan Kuliner Nusantara, Lippo Mall Puri, Kembangan, Jakarta Barat, Jumat, 13 Juli 2018.
Sate ini barangkali terdengar aneh bagi yang tak biasa menyantap tulang-tulangan. Namun, untuk penggemarnya, kuliner ini bak surga.
Sate tulang terbuat dari tulang ayam dengan bagian-bagiannya yang masih dilekati dengan daging atau kulit. Tulang-tulang yang umumnya digunakan dalam racikan ialah tulang muda, bukan tulang tua.
Supaya mudah disantap, tulang ini digeprek lebih dulu sebelum dibakar. Hanya, tak sampai hancur. Masih ada bagian tulang yang utuh tapi tidak merepotkan saat masuk mulut.
Seperti sate biasa, sate tulang dibumbui dengan sambal kacang sebelum dibakar. Lalu dicampuri dengan kecap manis sehingga bebumbuannya meresap sampai dalam bagian tulang.
Jessica menambahkan sambal khusus supaya rasanya otentik. Sambal itu terbuat dari bubuk cabai kering yang dicampur dengan kecap dan saus tomat. “Biji cabai kering itu dibuang dulu supaya tidak pedas,”tutur Jessica.
Alhasil, sambal racikannya ini lebih didominasi rasa gurih dan manis. Padahal warnanya tampak sudah cukup garang, yakni merah kehitaman. Sate tulang biasa dimakan untuk camilan. Kalau ingin makan besar, pasangan penyajiannya ialah ketupat.
Di Ibu Kota, Jessica membuka gerainya di Puri Indah, Kembangan, dan Serpong, Tangerang. Biasanya tamunya adalah orang Banjarmasin yang kangen dengan kuliner khas mereka.
Seporsi tulang isi 10 tuduk dibanderol Rp 60 ribu. Sedangkan saat festival, per tusuk masing-masing dijual Rp 7.500.
Sumber: tempo.co
Kuliner yang kesohor di sana adalah soto. Namun, tak hanya soto, Banjarmasin memiliki varian kuliner tradisional lain. Misalnya sate tulang.
“Sate tulang ini memang khas. Namun sekarang sudah sulit ditemui di Banjarmasin,” kata salah satu penjual sate tulang di Jakarta yang memiliki gerai Rumah Makan Borneo, Maria Jessica, saat ditemui di Festival Soto dan Kuliner Nusantara, Lippo Mall Puri, Kembangan, Jakarta Barat, Jumat, 13 Juli 2018.
Sate ini barangkali terdengar aneh bagi yang tak biasa menyantap tulang-tulangan. Namun, untuk penggemarnya, kuliner ini bak surga.
Sate tulang terbuat dari tulang ayam dengan bagian-bagiannya yang masih dilekati dengan daging atau kulit. Tulang-tulang yang umumnya digunakan dalam racikan ialah tulang muda, bukan tulang tua.
Supaya mudah disantap, tulang ini digeprek lebih dulu sebelum dibakar. Hanya, tak sampai hancur. Masih ada bagian tulang yang utuh tapi tidak merepotkan saat masuk mulut.
Seperti sate biasa, sate tulang dibumbui dengan sambal kacang sebelum dibakar. Lalu dicampuri dengan kecap manis sehingga bebumbuannya meresap sampai dalam bagian tulang.
Jessica menambahkan sambal khusus supaya rasanya otentik. Sambal itu terbuat dari bubuk cabai kering yang dicampur dengan kecap dan saus tomat. “Biji cabai kering itu dibuang dulu supaya tidak pedas,”tutur Jessica.
Alhasil, sambal racikannya ini lebih didominasi rasa gurih dan manis. Padahal warnanya tampak sudah cukup garang, yakni merah kehitaman. Sate tulang biasa dimakan untuk camilan. Kalau ingin makan besar, pasangan penyajiannya ialah ketupat.
Di Ibu Kota, Jessica membuka gerainya di Puri Indah, Kembangan, dan Serpong, Tangerang. Biasanya tamunya adalah orang Banjarmasin yang kangen dengan kuliner khas mereka.
Seporsi tulang isi 10 tuduk dibanderol Rp 60 ribu. Sedangkan saat festival, per tusuk masing-masing dijual Rp 7.500.
Sumber: tempo.co
Tidak ada komentar: