Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

Manaqib Wali Allah SWT Dari Kotabaru Guru Cantung

Suarabamega25.com - Lokasi makam bisa lewat Batulicin  dan Kotabaru seberang ( alhamdullh jalan ke makan beaspal / nyaman haja ). Nama asli Guru Cantung adalah Syekh H Muhammad Dachlan bin Achmad Abbas. Dachlan dimakamkan berdampingan dengan putranya, H Hanafi Gubit. Menurut tokoh masyarakat setempat, Saiful Daud, 62 tahun, kharisma Dachlan justru muncul setelah putranya wafat. 

"Konon, putranya yang menjadi dinding agar kewalian abah tersembunyi dari orang banyak. Ketika anaknya wafat, kewalian abah tak bisa lagi ditutup-tutupi," ujarnya. Hanafi wafat mendahului ayahnya pada malam Jumat, 26 Juli 1991.

Saiful terbiasa memanggil abah pada Dachlan. Pensiunan Kepala SDN 2 Sungai Kupang ini lama mengikuti sang guru kemanapun pergi. Ia menuturkan, Dachlan lahir pada 14 Agustus 1932 di Amuntai. Sewaktu menuntut ilmu pada Syekh Seman, sang guru meminta muridnya untuk pergi mengasingkan diri.

Perintah itu ditaati. Dachlan segera berangkat menuju sebuah bukit di kawasan Cantung, sekitar lima kilometer pendakian dari kediamannya di Laladang Musafir. "Abah tinggal di Cantung selama 40 tahun. Sempat bekerja sebagai pegawai Departemen Penerangan," ujarnya.

Saiful mengenang gurunya sebagai sosok yang rendah hati dan senang memuliakan tamu. "Seorang preman yang bertamu dipeluknya dengan suka cita. Saya yang muridnya dibuat iri," kenangnya. Kepada Saiful, Dachlan menjelaskan bahwa mereka butuh pertolongan, bukan dimusuhi.

Sikap rendah hati tampak dari Dachlan yang tak segan mendatangi pengajian ulama lain. Meskipun pada awal 1980-an Dachlan sudah membuka pengajian sendiri di Masjid Almustaqim, Cantung. Pengajian seputar tafsir Alquran. Digelar setiap Jumat, masyarakat Cantung dan sekitarnya selalu menyesaki pengajian.

Masyarakat menyenangi pengajian Dachlan karena gaya bahasanya sederhana dan mudah dipahami. "Tutur katanya lemah lembut. Membuka pengajian atau mengobrol biasa, pasti enak," ungkapnya.

Keteladanan lain yang bisa diambil, Dachlan enggan menunjukkan kesusahan dan merepotkan orang lain. Perilaku ini sudah tampak sejak Dachlan masih nyantri di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura. Sekalipun kehabisan uang untuk membeli beras, ia tak pernah mengeluh.

Hal ini rupanya diketahui Syekh Husin Qadri, pengarang kitab Senjata Mukmin. Dachlan disuruh mengipasi tubuh sang guru selepas mandi. Usai mengipasi, Qadri memberinya uang. "Ini Dachlan untuk membeli beras. Aku tahu kamu sedang kesusahan," tirunya.

Nama Guru Cantung mulai terkenal berkat KH Ahmad Zaini Ghani. Pada satu pengajian di Kampung Keraton (lokasi awal sebelum pindah ke Sekumpul), tiba-tiba di tengah pengajian Guru Sekumpul berkata, "Pagar Cantung, pagar Cantung."

Saiful yang tengah duduk di majelis, heran dan langsung bertanya pada Guru Sekumpul. "Beliau menjawab, ada seorang ulama yang menjadi pagar atau pelindung Cantung. Dan yang beliau maksud adalah abah," kisahnya.

Perihal karamah, ia hanya berani menyebutkan satu cerita. Karena kebetulan ia menjadi saksi mata. Pada musim tanam padi, penanam berjumlah 30 orang. Tapi, nasi lepat (nasi buras yang dibungkus daun pisang) tersisa sembilan potong. "Logikanya tak bakal cukup. Tapi setelah abah bagikan, semua malah kekenyangan. Lepatnya bahkan masih ada sisa," pungkasnya.

Guru Cantung wafat pada hari Sabtu, 15 Mei 2004. Hari duka itu ditandai dengan hujan lebat. Seakan dunia ikut berduka melihat kepulangan ulama rendah hati ini.

Di dalam kubah, dipajang foto Guru Cantung bersebelahan dengan Guru Sekumpul. Keduanya akrab karena berguru pada ulama yang sama, Syekh Seman Mulia yang dimakamkan di Martapura.

KISAH GURU CANTUNG DAN ABAH GURU SEKUMPUL

Muhammad Miftah Farid Pernah mendengar kisah dari guru ulun tentang Guru Ahmad Dahlan atau lebih dikenal dengan Guru Cantung.dalam majlis ilmu Guru Sekumpul, Beliau Guru Dahlan kada mau baparak atau masuk kedalam ketempat acara majlis berlangsung di Sekumpul. Sidin biasanya diurutan paling belakang atau paling pinggir dari semua jamaah. Mungkin Sidin lebih mendahulukan orang yang datang dari tempat tinggal yang jauh dan memberikan kesempatan jamaah yang datang dari tempat yang jauh tersebut untuk masuk kedalam dan bisa berhadap pandang dengan Guru Sekumpul.

Entah kenapa suatu ketika acara berlangsung,Guru Sekumpul yang brada didalam dan Guru dahlan yang berada jauh di luar menyebut nama Sidin karna Beliau Kasyafnya. Karna tidak mungkin dapat melihat Guru Dahlan yang berada karna jamaah ribuan banyaknya, kata Guru Sekumpul...

"Guru Dahlan...caka baparak kasini nah jangan di buncu/dipinggir haja"

Subhanallah semua orang tertegun dan mungkin di dalam hati bertanya-tanya siapakah Guru Dahlan yang di sebut-sebut Guru Sekumpul.

Mnurut cerita Guru Cantung sebelumnya bekerja sebagai salah satu pegawai negeri di Kabupaten Kotabaru, namun beliau lebih memilih berhenti dan lebih bnyak memperdalam ilmu agama beliau banyak menimba ilmu di tempat abah Huru Sekumpul, karomah beliau diantaranya adalah hanya menggunakan sepeda tinjak (sepeda ontel) beliau ke Sekumpul Martapura, hanya sekali tinjak (satu kali kayuh) sudah sampai ke Martapura

Allahumma Yarham 'alaihi.

Wallahu'alam.

Tidak ada komentar: