Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

Safari Maulid az Zahir Peringati Tahun Baru Islam di GOR Pandanaran, Ungaran


Suarabamega25.com - Ungaran-Semarak memperingati Tahun Baru Islam, sekalipun sudah memasuki hampir parub kedua bulan Muharam (Tahun Baru Hijriah) digelar di berbagai tempat di tanah air. Safari Maulid SAW Majelis Maulid az Zahir dari Pekalongan pimpinan Habib Ali Zainal Abidin Segaf Assegaf pada Hari Ahad, pagi-siang (6/8) bertempat di GOR Pandanaran, Ungaran ,Jawa Tengah.

Acara dibuka dengan pembacaan Maulid Simthud Durar  bersambung dengan mauidzah khasanah oleh Habib Umar Al Muntohar (Ketua Umum) Ahlith Thoriqoh Muktaboaroh an Nadhiyah (Jatman) yang saat ini Pemimpin Nasional nya di bawah Komando Habib Luthfy bin Hasyim bin Yahya.

Pada mauidzah hasanahnya Habib Umar Al Muntohar berkisah tentang pentingnya memperingati Tahun Baru Islam yakni dengan menyantuni anak  dan menyayangi anak yatim serta menyantuni fakir miskin."Karenanya Rasulullah SAW mencintai dan menyantuni anak yatim," buka Habib Umar Al Muntohar.

Dikisahkan oleh Habib Umar, Rasulullah SAW usai menunaikan shalat Id dan bersalaman dengan para jemaah, 

"Rasulullah SAW segera pulang. Di jalan pulang, dilihatnya anak-anak sedang bermain di halaman rumah penduduk. Mereka tampak riang gembira menyambut hari kemenangan setelah sebulan berpuasa. Pakaian mereka pun baru. Rasulullah SAW mengucap salam kepada mereka, dan serentak mereka langsung mengerubuti Rasul untuk bersalaman," kisah Habib Umar.

Sementara itu, tak jauh dari sana, di pojok halaman yang tak terlampau luas, tampak seorang anak kecil duduk sendirian sambil menahan tangis. 

"Melihat anak kecil yang tampak tak terurus itu, Rasulullah SAW segera bergegas menghampirinya. Dengan nada suara pelan penuh kebapakan, Rasulullah SAW bersabda; ”Hai anak kecil, mengapa engkau menangis, tidak bermain bersama teman-temanmu?”

Rupanya anak itu belum tahu bahwa yang menyapanya adalah Rasulullah SAW.

"Dengan ekspresi wajah tanpa dosa, ia menjawab sambil menangis, ”Wahai laki-laki, ayahku telah meninggal dunia di hadapan Rasulullah SAW dalam sebuah peperangan. Lalu ibuku menikah lagi dan merebut semua harta warisan. Ayah tiriku sangat kejam. Ia mengusirku dari rumah. Sekarang aku kelaparan, tidak punya makanan, minuman, pakaian, dan rumah. Hari ini aku melihat teman-teman berbahagia, karena semua mempunyai ayah. Aku teringat musibah yang menimpa Ayah. Karena itu, aku menangis.” cerita Habib Umar.

Seketika Rasulullah SAW tak kuasa menahan haru mendengar cerita sedih itu. Bulir-bulir air matanya membasahi mukanya yang suci dan putih bersih penuh kelembutan itu. Maka Rasulullah SAW pun lalu memeluknya. Tanpa memedulikan bau dan kotornya pakaian anak itu, sambil mengusap-usap dan menciumi ubun-ubun kepalanya.

"Lalu sabda Rasul, ”Hai anak kecil, maukah engkau sebut aku sebagai ayah, dan Aisyah sebagai ibumu, Ali sebagai pamanmu, Hasan dan Husein sebagai saudara laki-lakimu, Fatimah sebagai saudara perempuanmu?” Seketika raut wajah anak itu berubah cerah. Meski agak kaget, ia tampak sangat bahagia. ”Mengapa aku tidak mau, ya Rasulullah?” kata Habib Umar mengisahkan.

Hidup Berdampingan


Rasulullah SAW pun lalu membawanya pulang. Disuruhnya anak itu mandi, lalu diberikannya pakaian yang bagus dengan minyak wangi harum. Setelah itu, Rasulullah mengajaknya makan bersama. Lambat laun, kesedihan anak itu berubah menjadi kebahagiaan. Tak lama kemudian ia keluar dari rumah Rasul sembari tertawa-tawa gembira. Ia pun bermain bersama teman-teman sebayanya.

”Sebelumnya kamu selalu menangis. Mengapa sekarang kamu sangat gembira?” tanya teman-temannya.

Dengan gembira anak itu menjawab, “Aku semula lapar, tapi sekarang sudah kenyang, dan sekarang berpakaian bagus. Sebelumnya aku yatim, sekarang Rasulullah adalah ayahku, Aisyah ibuku, Hasan dan Husein saudaraku, Ali pamanku, dan Fatimah saudara perempuanku. Nah, bagaimana aku tidak bergembira?”

”Seandainya ayah kami gugur di jalan Allah dalam peperangan itu, niscaya kami menjadi seperti dia,” kata beberapa kawannya.

Namun, kebahagiaan anak yatim itu tidak berlangsung lama. Tak lama berselang beberapa waktu setelah menunaikan haji wadak, Rasulullah SAW wafat.

“Sekarang aku menjadi anak yatim lagi,” katanya ambil keluar dari rumah Rasulullah. Kata-kata anak itu kebetulan terdengar oleh Abubakar Ash-Shiddiq, yang berada tak jauh dari sana. Maka ia pun lalu ditampung di rumah Abubakar.

Sungguh, memperlakukan dengan baik dan menyantuni anak yatim pada hari raya – dan tentu hari-hari biasa – merupakan langkah yang mulia dan terpuji. 

Selepas mauidzah hasanah, Habib Ali Zainal Abidin Assegaf lalu mengadakan quis kepada jamaah mauilid yang kebanyakan diikuti oleh ratusan anak yatim dari berbagai wilayah Ungaran dan sekitarnya.

Pertanyaan dari Habib Ali Zainal dijawab dengan lugas oleh banyak anak kecil , dan bagi yang bisa menjawab tepar, mendapat uang tunai.

Acara maulid itu ditutup dengan doa oleh Habib Umar Al Muntohar dan lagu 17 Agustus 1945 karangan H Muntahar. (Aji)

Tidak ada komentar: