Kisah Karomah Syaikh Abu Yazid al Busthomi, Tawasul dengan Kedua mata Agar Turun Hujan
Suarabamega25.com - Mari kita dengarkan sebuah kisah apa yang dikatakan oleh salah satu ulama besar, oleh salah satu kekasih Allah, oleh salah seseorang yang sangat mencintai Rasulullah, oleh seorang ulama yang mengamalkan Ilmunya, yang jangankan ilmu dan doanya, bahkan pernah seorang bertawasul meminta hujan kepada Allah Swt, tawasulnya bukan kepada Nabi, tawasulnya bukan dengan Quran, tetapi tawasulnya dengan mata beliau.
Satu hari ketika terjadi sebuah kekeringan disalah satu daerah, raja dan para patihnya, dengan ulama yang ada pada saat itu dan segenap masyarakatnya melakukan sholat Istisqa', mereka dikumpulkan di satu lapangan, melakukan sholat meminta hujan kepada Allah, segala macam doa dibaca, segala macam munajat dan istighasah dihaturkan kehadirat Allah Swt dengan harapan segera diturunkan hujan, tapi setelah bermacam macam doa bahkan diiringi dengan tangisan dan mereka kemudian bubar dengan penuh penantian terhadap turunnya hujan, namun hujan pun tidak turun juga.
Salah satu santri dari pada Syeikh Abu Yazid al-Busthami pada saat itu menjadi tukang sol sepatu, tukang sol sandal dibawah masjid, yang dia menjahit sandal, sandal seseorang yang sedang duduk, sambil membicarakan tentang sholatul istisqa', dari mulai pagi kita sholat istisqa', "Ini sudah mau Ashar, kok, belum hujan juga, padahal kita sudah menangis kepada Allah, para tokoh tokoh agama sudah membacakan doa yang sangat indah munajat yang sangat tinggi sekali."
Tidak cukup hanya para dari tokoh agamanya dari mulai rajanya sampai rakyat jelatanya duduk numplek dalam satu hati, meminta kepada Allah agar diturunkan hujan, tetapi tidak juga kenapa yaa ?, Syekh ini mendengar sambil menjahit sepatu sandalnya orang, lalu dia berkata "Apakah kalian ikut kedalam sholat isthisqa' tadi? "
Mereka mengatakan, "Iya, kami ikut. kami berdoa."
"Apakah kalian saat berdoa, dengan hati langit apa dengan hati bumi?"
Orang orang bertanya, "Maksudnya apa hati langit hati bumi ?,"
"Pada saat kalian berdoa kepada Allah yang kalian minta yang kalian ingat, yang ada didalam hati kalian itu, musibah yang sedang terjadi kepada kalian, atau penyesalan kalian lantaran dosa yang kalian kerjakan kepada Allah, keagungan Allah, kekayaan Allah, dan kalian minta agar Allah menurunkan hujan."
"Iya, waktu itu kita ingat ternak yang mati, sawah yang kering dan sebagainya."
Syekh ini mengatakan "Sesungguhnya kalian telah berbuat tidak sopan kepada Allah SWT, Allah Maha mengetahui, jika seandainya kita, ingin berdoa kepada-Nya untuk sebuah musibah yang terjadi biarkan musibahnya jangan diingat, tidak usah kerugiannya dihitung, tapi pada saat kita mengangkat tangan kepada Allah Swt dalam sebuah doa. Jadikan Hanya Allah yang ada di hatimu, kalau harus ada hal lain dalam hati kita tidak lebih penyesalan sebagai hamba, yang tidak pandai bersyukur kepada Allah sehingga dicabut nikmat-Nya"
Mereka mengatakan, "Iya, kalau begitu kita berdoa dengan hati bumi, bukan hati langit"
" Apakah kalian betul ingin datang turun hujan ?"
"Benar "
"Kalau begitu bangunlah, Ikuti saya, amini doa saya."
Maka tukang sol sepatu tadi bangun. Ia mengangkat tangannya ke langit. Ia mengatakan "Yaa Allah", tidak pakai hamdalah, tidak pakai sholawat.
Dia mengatakan, "Ya Allah, berkat apa yang ada di kepalaku maka turunkan hujan, Ya Allah, wal hamdulillah hi rabbil 'alamin."
"Sudah?Kok, pendek doanya?"
"Lihatlah awan!"
Ternyata awan bergulung para hadirin, awan bergulung gulung kemudian turun hujan dengan lebatnya. Tatkala hujan turun dengan lebatnya, maka semua orang bergembira, raja mengira itu adalah doanya dia. Satu jam dua jam, tiga jam, satu hari turun hujan tidak berhenti, sehingga orang orang datang kepada syekh tadi ini, "Syeikh tolong doakan, supaya hujannya berhenti, karena kemarin ternak kami mati karena kekeringan, sekarang ternak kami mati juga karena kebanjiran. tolong doakan kepada Allah."
Syekh tadi mengangkat tangan dan berdoa, "Ya Allah, dengan berkah apa yang ada dikepalaku tolong hentikan hujan."
Dan hujan berhenti seketika seakan ditampung oleh tangan para Malaikat.
Raja mendengarnya. Ia pun memerintahkan kepada menterinya, "Coba panggil orang itu menghadap kepada ku!!"
Berangkat menteri dengan beberapa pengawalnya. Mendatangi gubuk rumah kecil kepada syekh tadi (sebagian riwayat mengatakan Syeikh Abdurrahman).
Mereka berkata, "Kami menteri, tolong buka pintunya."
Dibuka pintunya oleh syeikh. Dia bilang "Engkau sama raja disuruh menghadap ke istana!"
Syekh ini bertanya, "Mohon maaf, seingat saya, saya tidak ada janji dengan Raja."
"Memang benar kamu tidak ada janji dengan Raja, tetapi raja yang mau menemuin kamu."
"Mohon maaf, jika raja yang butuh saya suruh raja datang kesini."
Subhanallah...
Mudah mudahan Ulama kita meniru syeikh ini...
Dia merasa bahwa kedudukan ilmu dan ulama jauh lebih tinggi daripada derajat yang disematkan oleh manusia. semua ada mantannya semua ada pensiunnya. cuma ulama yang tidak punya kata mantannya dan pensiunnya. Menteri kurang suka dengan ucapan syekh ini dan mengatakan kepada raja. Dia berkata, "Tuan raja, begini begini begini..."
Raja kemudian beristighfar kepada Allah, "Astaghfirullahaal 'Adziim, Astaghfirullahal 'Adziim."
Dia bertanya,"Kenapa raja beristighfar?"
"Benar kata Syekh, Saya, kita seharusnya datang kepadanya, apa lagi kita butuh, bukan dia datang kepada kita."
Dan raja datang menemui syeikh Abdurrahman.
"Syeikh?"
"Iya, Tuan Raja."
"Saya dengar kamu membacakan satu doa yang singkat, lalu dengan sebab doamu Allah turunkan hujan."
"betul."
" Apa doamu?"
"Saya berdoa kepada Allah, meminta hujan, dengan mengatakan, Ya Allah dengan berkat kepalaku, turunkan hujan."
"Memangnya kepalamu ada apanya?"
Syekh Abdurrahman mengatakan, "Kepala saya ada dua mata, yang mana kedua mata saya ini pernah melihat Syeikh Abi Yazid Albusthami, dengan pandangan cinta dan yakin kepada Allah." (Disarikan dari ceramah Habib Quraiys bin Hasan Baharun, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Lughah Wad Dakwah /Dalwa, Kec Raci, Pasuruan Jawa Timur). ( ast)
Tidak ada komentar: