Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

Rasul SAW Ajari Kita Untuk Bekerja


Suarabamega25.com - Suatu saat ada seorang pengemis yang mendatangi Rasulullah SAW, tidak berapa lama kemudian berhenti mengemis. Dengan bermodalkan sebuah kapak, nasibnya berubah menjadi pencari kayu bakar di gurun

Bagaimana sosok Rasulullah SAW dalam memberdayakan umatnya? Rasulullah SAW itu seorang yang sangat cerdas, sempurna dan suka kerja keras. Didikan dari pamannya , sedari kecil yang dari sudah yatim, menjadikan Rasul menjadi pengembala kambing, kemudian berdagang dengan Siti Khadijah dan menjadi pekerja yang keras, jujur dan sukses.

Kisah beliau menggerakan moda ekonomi, walau dengan modal yang sangat minim namun sangat cerdas, ya dengan cara memberi alat kerja (kapak)  menghasilkan barang (produk) dan kemudian dijual untuk menghasilkan uang. Kisah ini bisa jadi menjadi inspirasi bagaimana konsep ekonomi Islam itu digerakkan.

Suatu hari ada seorang laki-laki dari kaum Anshar mendatangi kediaman baginda Rasulullah SAW. Ia datang dengan pakaian compang-camping dan wajah yang pucat, langsung menghadap di depan Rasulullah SAW untuk mengemis. Seusai mengucap salam, pengemis itu meminta sesuatu pada baginda Rasulullah SAW.

“Ya. Ada sehelai kain. Kami pakai sebagiannya dan kami bentangkan sebagiannya untuk duduk dan lain sebagainya. Saya juga punya satu bejana untuk minum air,” Jawab Rasulullah SAW.

Beliau kemudian menyuruh para sahabat yang hadir saat itu untuk membawakan kain dan bejana kepunyaan beliau.”Bawalah keduanya kepadaku!”

Dengan bergegas, salah satu sahabat yang ada di majelis beranjak dari tempat duduknya dan segera mengambil barang-barang yang dimaksud. Lalu sahabat itu membawanya ke hadapan beliau.

Rasulullah SAW lalu mengambil keduanya dengan kedua tangannya dan memperlihatkannnya di hadapan para sahabat, beliau kemudian bercerita,”Aku beli kain dan bejana ini satu dirham.”

Rasulullah SAW menawarkan barang-barang kepunyaan beliau kepada para sahabat, ”Aku akan menjualnya. Adakah saudara-saudara akan membelinya? Adakah yang sanggup menambah satu dirham?”

Beliau berulang-ulang menawarkan kepada para sahabat. Akhirnya salah seorang sahabat mengambilnya. “Aku ambil dengan dua dirham, seperti tawaran mu, Ya Rasulullah,” jawab salah seorang sahabat yang hadir. 

Rasulullah SAW kemudian memberikan kedua barang itu kepada salah seorang sahabat yang telah sepakat membeli kedua barang itu tadi sembari menerima uang dua dirham. Beliau kemudian mendekati sang pengemis dari kaum Anshar itu dan langsung beliau serahkan uang dua dirham itu seraya memberikan nasehat untuk sang pengemis,”Belilah dengan satu dirham makanan dan serahkan kepada keluargamu. Dan belilah dengan satu dirham lagi sebuah kapak di pasar terdekat dan kemudian bawalah kapak yang kamu beli itu kepadaku!”

Setelah menerima uang dua dirham, sang pengemis itu kemudian pamit pulang. Ia kemudian mampir ke pasar untuk melaksanakan apa yang sudah diperintahkan oleh Rasulullah SAW yakni membeli makanan dan sebuah kapak besi. Selepas mengantar makanan untuk keluarganya di rumah yang tengah kelaparan, ia kemudian membungkus kapak itu dengan sebuah kantong kulit dan ia langsung kembali menuju ke kediaman Rasulullah.

Saat itu Rasulullah SAW masih dalam satu majelis dengan dikelilingi oleh para sahabat yang menyimak penjelasan tentang masalah agama. 

“Hai fulan, sudahkah engkau laksanakan perintahku?” tanya Rasulullah SAW pada sang pengemis yang tampak malu-malu berdiri di depan pintu rumah.

“Sudah, tuan,”jawab sang pengemis itu.

“Kemarilah! Bawa kemari kapak yang telah engkau beli itu!” perintah beliau.

Lalu sang pengemis itu dengan berjalan perlahan mendekati baginda Rasulullah SAW dan duduk di depan beliau. Pengemis itu kemudian mengeluarkan kapak itu dari kantong kulit dan diserahkan pada Rasululah SAW.

Rasulullah SAW hari itu tampak bergembira melihat perangai dari sang pengemis yang telah taat menerima perintah beliau. Baginda Rasulullah SAW lalu mengambil kapak besi dan ia beranjak ke pojok ruangan. Beliau kemudian berjongkok dan mengambil sepotong kayu yang tergeletak di pojok majelis itu. Tangan beliau yang terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehari-hari, dengan sangat cekatan segera memasang tangkai kayu pada lobang kapak besi. Tak berapa lama kemudian kapak besi itu telah siap untuk digunakan. 

Selesai memasang tangkai kapak besi itu, Rasulullah SAW kemudian kembali ke tempat semula, di majelis yang sedari tadi para sahabat biasa menyimak penjelasan dan mengambil hikmah ilmu dari beliau. “Pergilah ke gurun dan tebanglah kayu! Kemudian jual kayu bakar yang kau peroleh ke pasar dan kemarilah lima belas hari lagi!” sabda Rasulullah SAW kepada pengemis dari kaum Anshar itu.

Sang pengemis itu lalu pamit pada Rasulullah SAW. Ia kemudian pulang ke rumah dan mengambil perbekalan makanan dan minuman secukupnya untuk dibawa ke gurun. Dengan penuh semangat, sang pengemis itu lalu berangkat ke gurun yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Satu per satu ranting pohon yang telah kering dipotong dengan kapak. Setelah terkumpul banyak kayu bakar, ia kemudian membawanya pulang ke rumah. Selama lima belas hari sang pengemis itu melakukan pekerjaan mencari kayu bakar dan seluruh kayu bakar yang dikumpulkan dijual ke pasar.

Genap pada hari kelima belas, pengemis itu menghadap ke Rasulullah SAW dengan membawa sepuluh dirham dari hasil penjualan kayu bakar. Beliau kemudian memberikan nasihat kepadanya. “Belilah sebahagian dengan uangmu itu makanan dan sebahagian lagi pakaian. Ini adalah lebih baik bagi kamu daripada meminta-minta. Sebab, mengemis itu merupakan satu tanda di muka mu di hari Kiamat nanti. Sesungguhnya mengemis itu tidaklah layak melainkan bagi orang yang sangat miskin/papa dina atau orang yang berhutang berat atau harus membayar diyat (denda karena membunuh orang).” hadits Ibnu Majah . (Sumber buku Konsep Ekonomi Islam, IAIN Sunan Kalijaga, 1976). ( Aji)

Tidak ada komentar: