Puncak Haul KH Fuad Hasyim ke 20 Buntet Pesantren Cirebon
Suarabamega25.com - Haul ke 20 Prof. DR. KH. Fuad Hasyim Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet. Berpuncak pada, Sabtu (16/11) dan di Hadiri KH Ma'ruf Amin, Gus Muafiq, Kang Kaji Oma, KH Imaduddin Utsman, KH Achmad Muwafiq , dan masih banyak yg lainya.
Acara Haul sendiri di mulai dari tanggal 14 - 16 November 202 di Ponpes Nadwatul Ummah Buntet Pesantren dengan Haflah Tasyakur, Pertemuan Alumni, Khotmil Quran , Ziarah, Tabligh Akbar dan Haul. Sabtu pagi (16/11) diadakan Ziarah, pertemuan alumni Ponpes Nadwatul Ummah. Dilanjutkan tahlil akbar setelah salat Asar.
Pada malam harinya, acara seremonial digelar dengan pengajian disampaikan oleh KH Maruf Amin . Tampil sebagai Qori Tilawatil Quran, Sayid Zulfikar Basyaiban.
Dalam kesempatan tersebut KH Maruf Amin menceritakan bagaimana perjalanan nya bersama Gus Dur, KH. Fuad Hasyim, dan Habib Luthfi Bin Yahya sebagai empat serangkai.
“Bersama tokoh-tokoh ulama besar itu, saya menjalankan misi untuk melakukan silaturrahim ke pondok pesantren di seluruh Indonesia sebagai upaya konektivitas di antara para kiai tetap terjaga,” kata KH Maruf Amin.
“Komunikasi yang terjalin di antara kami menjadi bangunan dasar yang kokoh dalam membangun konektivitas yang kuat antar kiai. Sehingga hal ini sangat berdampak pada gerakan politik kiai zaman dulu,” tambah KH Ma ruf Amin.
“Saya harap, konektivitas dan komunikasi antara kiai dan ulama saat ini bisa dibangun lagi seperti dulu, sehingga ke depan para kiai dapat berperan dalam pengambilan kebijakan nasional demi kemaslahatan umat dan kebaikan bangsa,” pungkas Mantan Wapres RI 2019-2024 menutup pengajian.
Turut memberikan mauizah KH Immadudin Utsman (Tangerang) dan KH Achmad Muwwafiq (Jogjakarta).
Prof Dr KH Fuad Hasyim adalah ulama besar. Semasa hidupnya, KH Fuad Hasyim dikenal sebagai seorang mubalig yang sederhana dan disebut memiliki ilmu hikmah. Sejak kecil ia hidup di lingkungan pesantren.
Dilahirkan pada tanggal 26 Juni 1941 di Buntet Pesantren, Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon dari seorang ibu yang bernama Nyi Hj Karimah dan ayah bernama KH Hasyim Manshur.
Banyak hal yang bisa diambil dari kehidupan almarhum Kiai Fuad Hasyim. Menurut Faris, abahnya itu terkenal sebagai sosok kiai yang mempunyai ilmu laduni dan menguasai lima bahasa yakni Bahasa Arab, Inggris, Mandarin, Belanda dan Jepang.
“Abah menguasai itu tanpa belajar,” ucap pria yang juga Ketua GP Ansor Kabupaten Cirebon itu.
Selain belajar secara otodidak, kata Faris, dikisahkan oleh para kiai, bahwa mereka pernah berziarah dengan almarhum Kiai Fuad Hasyim ke salah satu ulama di Cirebon.
“Saat itu, abah hanya duduk saja, dan pulang di mobil abah sudah bisa ceramah pakai Bahasa Inggris,” tutur Faris.
Kehidupan almarhum yang pernah menjabat sebagai Rois Syuriah PBNU ini, sejak kecil tidak sama dengan anak pada umumnya.
Saat kecil, Fuad tidak pernah mau belajar. Di pesantren dia berpindah-pindah dan hanya menghabiskan beberapa bulan saja. Seperti di Lirboyo hanya satu minggu, di Ploso dua minggu, di Bendo satu bulan, di Sarang satu bulan, dan yang paling lama di Lasem tiga bulan.
“Kalau ditotal paling hanya mondok dua tahun,” sebut Faris.
Meski tidak pernah lama ikut mondok, tahu-tahunya sudah bisa menguasai berbagai kitab. Almarhum Kiai Fuad juga kerap hobi menonton film baik layar tancap maupun bioskop.
Uniknya, justru saat nonton Fuad hanya tertidur. “Bahkan ada yang mengadu mengenai kebiasaan abah nonton film. Tapi para kiai malah menyebut sudah gak usah ngurusi Fuad, maqomnya sudah lebih tinggi,” ucap Faris lagi.
Sejak wafatnya KH Hasyim atau ayahnya, banyak orang mulai melihat perjuangan KH Fuad Hasyim. Sejak usia 17 tahun, Fuad sudah mulai berdakwah.
Dia juga dikenal sebagai macan podium karena pengajian-pengajiannya banyak disukai. “Abah saya orangnya apa adanya. Dakwahnya pun apa adanya,” bebernya.
Dakwah dalam pengajian, kerap dengan bahasa sehari-hari. Tak hanya itu, dia juga menyampaikan pesan-pesan mengenai persoalan akhlak
Sesepuh dan pendiri pondok Buntet Pesantren KH Fuad Hasyim (64) yang juga salah seorang pengurus PBNU meninggal dunia pada hari Senin pagi (12 Juli 2004, sekitar pukul 10.25 WIB, akibat penyakit komplikasi yang sudah kronis.
KH Fuad Hasyim wafat meninggalkan seorang istri dan 11 anak, disemayamkan di rumah duka kompleks Buntet Pesantren di Desa Mertapada, Astanajapura, Kabupaten dan di makamkan di Penakaman keluarga Pesantren Buntet Pesantren Mertapada Cirebon Jawa Barat pada
Selasa (13/7/2004) siang pukul 10.00 WIB.(Aji)
Tidak ada komentar: