Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

Politik," Bakancangan Urat Hulu" Oleh: Noorhalis Majid


Suarabamega25.com - Hari-hari sekarang ini, tensi politik semakin tinggi. Hampir dibanyak kesempatan, termasuk ngobrol di warung kopi atau di acara keluarga, selalu saja diisi pembicaraan tentang politik. Terutama terkait dukung mendukung sosok Capres dan Cawapres.

Berbagai kubu muncul, ada yang fanatik mengarah pada “ragap papan”. Ada pula yang bergaya moderat, seolah menjaga jarak, terkesan mampu melihat serta mendengar berbagai sudut pandang.

Tidak dapat dipungkiri, kemajuan informasi dan kecepatan media sosial merespon perkembangan, membuat semua orang memiliki akses yang sama mendapatkan berita. 

Seketika walau tanpa latar pendidikan cukup, dapat saja menjadi pengamat atau ahli. Bahkan gayanya bisa melebihi ahli, karena mampu menjabarkan pendapat tokoh-tokoh yang dikaguminya dengan rinci. 

Hanya saja, manakala sama-sama awam, tidak mengerti substansi yang dibahas. Atau tidak memiliki ilmu cukup dalam membangun argument, tetapi ngotot dengan pendapat dan merasa paling tahu, paling benar, yakin dengan apa yang dipegang, akhirnya berujung debat kusir. Kebudayaan Banjar menyindir hal seperti itu dengan ungkapan “bakancangan urat gulu”.

Tidak ada salahnya mempertahankan pendapat sekuat-kuatnya. Atau ngotot dengan pilihan yang diyakini. Hanya saja yang harus tetap dijaga adalah “kewarasan”, sehingga mampu meletakkan persoalan pada posisinya. Bahwa semua yang diperbincangkan ini adalah “politik”. 

Ketika sudah disebut “politik”, diperlukan kelenturan, bahkan daya lenting untuk bisa melihat berbagai situasi. Tidak bisa dengan cara ngotot se ngotot-ngototnya, seolah tidak mungkin berubah, karena di dalamnya penuh negosiasi, kompromi dan kesepakatan.

Kalau mampu menempatkan politik sebagai cara menegosiasikan kepentingan, maka pasti mengerti bahwa semuanya tidak ada yang final, tidak ada yang titik. 

Apalagi ketika Pilpres ternyata berlangsung dua putaran. Saat itu negosiasi dan kompromi akan terjadi. Pilihannya harus taktis strategi, tidak perlu “bakancangan urat gulu”. (nm)

Tidak ada komentar: