Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

Haul Ke-14 Tuan Guru Sekumpul Allamah Al Qutb Arrabbani Wal Ghauts Al Fardani Syaikh Muhammad Zaini bin Arifbillah Abdul Ghani

Suarabamega25.com - Martapura - Minggu (10/3/19) besok merupakan hari yang dinanti-nanti oleh pecinta Tuan Guru Sekumpul atau Al 'Alimul 'Allamah Al Qutb Arrabbani Wal Ghauts Al Fardani Syaikh Muhammad Zaini bin Al Arifbillah Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin al-Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari (biasa dipanggil Abah Guru Sekumpul atau Tuan Guru Ijai). Pasalnya, hari itu haul ke-8 ulama kharismatik ini.Mungkin masih banyak yang bertanya-tanya kenapa setiap haulan Tuan Guru Sekumpul, jamaah sampai tumpek blek 300 ribuan. Hal ini tidak lain karena tingginya pangkat atau maqam kewalian Tuan Guru Sekumpul. Pecinta Tuan Guru Sekumpul meyakini kalau ulama  yang lahir di Dalam Pagar, 11 Februari 1942 dan meninggal di Martapura, 10 Agustus 2005 pada umur 63 tahun adalah Wali Quthub bahkan Quthbul Akwan, yakni pangkat kewalian yang hanya ada setiap 200 tahun sekali.
Sebagaimana diketahui, Bumi Kalimantan mempunyai Quthbul Akwan sebelumnya, yakni Datu Kalampayan yang wafat lebih 200 tahun lalu. Menurut Abu Zein Al Banjari, salah satu muridnya, beruntunglah Bumi Kalimantan mempunyai ulama sehebat Tuan Guru Sekumpul.

Seorang habib berinisial Blind Man pernah meriwayatkan bahwa di alam kewalian, Tuan Guru Sekumpul berada di samping kanan Rasulullah SAW bila ada pertemuan para wali di Jabal Qof, yakni sebuah tempat ghaib. Bahkan, pada Desember 2004 lalu, Tuan Guru Sekumpul atas seiizin Allah mengetahui kalau akan ada gempa besar 26 Desember 2006. Namun, kabar langit itu menyebutkan bahwa pusat gempa terjadi dekat Jakarta. Dalam rapat para waliyullah, dipimpin Tuan Guru Sekumpul memohon kepada Allah agar gempa besar tak dipusatkan di Jakarta.
Pertimbangannya, jika Jakarta luluh lantak maka Indonesia juga akan ikut lumpuh, mengingat pusat pemerintahan dan ekonomi ada di Jakarta. Meski demikian, gempa tetap diturunkan Allah SWT. Berkat Tuan Guru Sekumpul, meskipun gempa juga terjadi di Aceh dan negara-negara kawasan Samudra Hindia, Indonesia tidak sampai lumpuh, alhamdulillah.

Dari sebagian manaqib yang disusun sejumlah ulama di daerah ini, Tuan Guru Sekumpul memang sejak kecil sudah ditakdirkan menjadi seorang waliyullah. Ia anak dari pasangan suami-istri Abdul Ghani bin H Abdul Manaf dengan Hj Masliah binti H Mulya. Muhammad Zaini Abdul Ghani merupakan anak pertama, sedangkan adiknya bernama Hj Rahmah. Ketika masih kanak-kanak, ia dipanggil Qusyairi. Guru Sekumpul merupakan keturunan ke-8 dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari.
Syekh Muhammad Zaini Abdul Ghani sejak kecil selalu berada di samping ayah dan neneknya yang bernama Salbiyah. Kedua orang ini yang memelihara Qusyairi kecil. Sejak kecil keduanya menanamkan kedisiplinan dalam pendidikan. Keduanya juga menanamkan pendidikan tauhid dan akhlak serta belajar membaca Alquran. Karena itulah, guru pertama dari Alimul Allamah Asy Syekh Muhammad Zaini Ghani adalah
ayah dan neneknya sendiri.
Semenjak kecil ia sudah digembleng orang tua untuk mengabdi kepada ilmu pengetahuan dan ditanamkan perasaan cinta kasih dan hormat kepada para ulama. Guru Ijai sewaktu kecil sering menunggu al-Alim al-Fadhil Syaikh Zainal Ilmi yang ingin ke Banjarmasin hanya semata-mata untuk bersalaman dan mencium
tangannya.
Pada tahun 1949 saat berusia 7 tahun, ia mengikuti pendidikan “formal” masuk ke Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura. Kemudian tahun 1955 pada usia 13 tahun, ia melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Darussalam, Martapura. Pada masa ini ia sudah belajar dengan Guru-guru besar yang spesialis dalam bidang keilmuan seperti  Al Alimul Fadhil Sya’rani Arif,  Al 'Alimul Fadhil Husain Qadri, Al 'Alimul Fadhil Salim Ma’ruf,  Al 'Alimul 'Allamah Syaikh Seman Mulya, Al 'Alim Syaikh Salman Jalil, Al 'Alimul Fadhil Al Hafizh Syaikh Nashrun Thahir dan KH Aini Kandangan.
  

Selain itu, di antara guru-guru Tuan Guru Sekumpul lagi selanjutnya adalah  Syekh Syarwani Abdan Bangil,  Al 'Alimul 'Allamah Syaikh Sayyid Muhammad Amin Kutbi. Kedua tokoh ini biasa disebut Guru Khusus beliau, atau meminjam perkataan beliau sendiri adalah Guru Suluk (Tarbiyah al-Shufiyah).
Dari beberapa gurunya lagi adalah Kyai Falak (Bogor), Syaikh Yasin bin Isa Padang (Makkah), Syaikh Hasan Masyath, Syaikh Ismail al-Yamani dan  Syaikh Abdul Kadir al-Bar. Sedangkan guru pertama secara ruhani ialah al-Alim al-Allamah Ali Junaidi (Berau) bin al-Alim al-Fadhil Qadhi Muhammad Amin bin al-Alim al-Allamah Mufti Jamaludin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari dan al -Alim al-Allamah
Muhammad Syarwani Abdan Bangil.
  
Gemblengan ayah dan bimbingan intensif pamannya semenjak kecil betul-betul tertanam. Semenjak kecil ia sudah menunjukkan sifat mulia; penyabar, ridha, pemurah, dan kasih sayang terhadap siapa saja. Kasih sayang yang ditanamkan dan juga ditunjukkan oleh ayahnya sendiri. Seperti misalnya, suatu ketika hujan
turun deras, sedangkan rumah Guru Sekumpul sekeluarga sudah sangat tua dan reot. Sehingga air hujan merembes masuk dari atap-atap rumah.Pada waktu itu, ayahnya menelungkupinya untuk melindungi tubuhnya dari hujan dan rela membiarkan dirinya sendiri tersiram hujan.
Abdul Ghani bin Abdul Manaf, ayah dari Guru Sekumpul juga adalah seorang pemuda yang saleh dan sabar dalam menghadapi segala situasi dan sangat kuat dengan menyembunyikan derita dan cobaan. Tidak pernah mengeluh kepada siapapun. Cerita duka dan kesusahan sekaligus juga merupakan intisari kesabaran, dorongan untuk terus berusaha yang halal, menjaga hak orang lain, jangan mubazir, bahkan sistem
memenej usaha dagang dia sampaikan kepada generasi sekarang lewat cerita-cerita itu.

Beberapa cerita yang diriwayatkan adalah sewaktu kecil mereka sekeluarga yang terdiri dari empat orang hanya makan satu nasi bungkus dengan lauk satu biji telur, dibagi empat. Bahkan ada dalam waktu panjang hanya makan batang pohon pisang muda. Namun, tak pernah satu kalipun di antara mereka yang mengeluh. Pada masa-masa itu juga, ayahnya membuka kedai minuman. Setiap kali ada sisa teh, ayahnya selalu meminta izin kepada pembeli untuk diberikan kepada Qusyairi. Sehingga kemudian sisa-sisa minuman itu dikumpulkan dan diberikan untuk keluarga.
  
Adapun sistem mengatur usaha dagang, ayah Guru Sekumpul menyampaikan bahwa setiap keuntungan dagang itu mereka bagi menjadi tiga. Sepertiga untuk menghidupi kebutuhan keluarga, sepertiga untuk menambah modal usaha, dan sepertiga untuk disumbangkan. Salah seorang ustadz setempat pernah mengomentari hal ini, “Bagaimana tidak berkah hidupnya kalau seperti itu.” Pernah sewaktu kecil Qusyairi bermain-main dengan membuat sendiri mainan dari gadang pisang.
Kemudian sang ayah keluar rumah dan melihatnya. Dengan ramah sang ayah menegurnya, “Nak, sayangnya mainanmu itu. Padahal bisa dibuat sayur.” Qusyairi langsung berhenti dan menyerahkannya kepada sang ayah.  Beberapa Catatan lain berupa beberapa kelebihan dan keanehan Qusyairi adalah dia sudah hafal Al-Qur'an semenjak berusia 7 tahun. Kemudian hapal tafsir Jalalain pada usia 9 tahun. Semenjak kecil, pergaulannya betul-betul dijaga. Kemana pun bepergian selalu ditemani. Pernah suatu ketika Qusyairi ingin bermain-main ke pasar seperti layaknya anak sebayanya semasa kecil. Saat memasuki gerbang pasar,
tiba-tiba muncul pamannya, Syaikh Seman Mulya di hadapannya dan memerintahkan untuk pulang. Orang-orang tidak ada yang melihat Syekh, begitu juga sepupu yang menjadi ”bodyguard”-nya. Dia pun langsung pulang ke rumah.
Dalam usia kurang lebih 10 tahun, sudah mendapat khususiat dan anugerah dari Tuhan berupa Kasyaf Hissi yaitu melihat dan mendengar apa yang ada di dalam atau yang terdinding. Dalam usia itu pula Qusyairi didatangi oleh seseorang bekas pemberontak yang sangat ditakuti masyarakat akan kejahatan dan kekejamannya.
Kedatangan orang tersebut tentunya sangat mengejutkan keluarga di rumah beliau. Namun apa yang terjadi, laki-laki tersebut ternyata ketika melihat Qusyairi langsung sungkem dan minta ampun serta memohon minta dikontrol atau diperiksakan ilmunya yang selama itu ia amalkan, jika salah atau sesat minta dibetulkan dan
dia pun minta agar supaya ditobatkan.
  Pada usia 9 tahun pas malam jumat Qusyairi bermimpi melihat sebuah kapal besar turun dari langit. Di depan pintu kapal berdiri seorang penjaga dengan jubah putih dan di gaun pintu masuk kapal tertulis “Sapinah al-Auliya”. Qusyairi ingin masuk, tapi dihalau oleh penjaga hingga tersungkur. Dia pun terbangun. Pada malam Jum’at berikutnya, ia kembali bermimpi hal serupa. Dan pada malam Jumat ketiga, ia kembali bermimpi serupa. Tapi kali ini ia dipersilahkan masuk dan disambut oleh salah seorang syekh. Ketika sudah masuk ia melihat masih banyak kursi yang kosong.
Ketika Qusyairi merantau ke tanah Jawa untuk mencari ilmu, tak disangka tak dikira orang yang pertama kali menyambutnya dan menjadi guru adalah orang yang menyambutnya dalam mimpi tersebut.

Tidak ada komentar: