Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

Ketua Forsiladi Kalsel Soroti Toleransi, Karakter, Dan Membawa Bekal Ke Sekolah


Suarabamega25.com, Banjarmasin - Tempat ibadah yang ada di sekolah merupakan tempat yang bisa dijadikan wadah untuk pembinaan karakter. Demikian disarankan Dr H Jarkawi MMPd, selaku Ketua Forum Silaturahmi Doktor Indonesia (Forsiladi) Kalimantan Selatan.

Jarkawi yang juga Dosen Senior Uniska MAAB Banjarmasin kepada RRI menyatakan, agar dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, toleransi dapat terbentuk dengan baik, yang diharapkan di tempat ibadah inilah dapat diberikan pemahaman, disamping akidah masing-masing agama dan ibadah masing-masing agama.

"Tapi yang perlu kita berimprovisasi dan berimajinasi adalah muamalah, bagaimana kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Jadi jangan digabung dalam hal bermuamalah dibawa ke dimensi akidah. Lalu akhirnya kafir, haram dan bid'ah jadinya," ungkap Jarkawi.

Sehingga Para Guru, Kepala Sekolah dan Tenaga Kependidikan diharapkan dapat memahami dimana posisi tempat ibadah bisa dijadikan tempat sebagai penanaman akidah agar lebih bagus dalam berkeyakinan secara pribadi dan Siswa dalam pembentukan karakter beragama. Kemudian segi ibadah dalam penyempurnaan rukun dan syaratnya, ada lagi satu sisi, yaitu muamalah, bagaimana anak didik bermasyarakat dan berbangsa.

"Disinilah kita dalam perspektif Islam dan mungkin agama yang lain begitu juga. Bagaimana dia bisa mengembangkan kehidupan itu. Sehingga dia menjadi Rahmatan Lil Alamin," Jarkawi menegaskan.

Karena itu menurut Jarkawi, Islam tidak melarang kemajuan untuk suatu kebudayaan, karena dalam dimensi bukan ibadah menjadi budaya. 

"Dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, satu hal prinsip-prinsip akidah dan ibadah tidak dilanggar. Tetapi kita dalam mengembangkan peradaban, ini perlu," Jarkawi menjelaskan. 

Inilah toleransi yang memberikan kesadaran pada kita untuk menghargai kultural yang banyak terjadi perbedaan dan sangat plural, karena perbedaan adalah fitrah, yang menjadi Rakhmat.

"Di mana letak Rakhmatnya? Menerima perbedaan itu dalam hal tidak melanggar akidah dan ibadah. Tetapi dalam muamalah, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa disini bagaimana kita mengembangkan toleransi," Jarkawi kembali menegaskan.

Sehingga dalam menghargai orang lain yang melakukan ibadah-ibadahnya, kita tidak melakukan keributan. Sehingga agama yang lain juga demikian mewujudkan toleransinya saat kita melakukan kegiatan ibadah, mereka juga tidak melakukan keributan.

Oleh karena itu, kata Jarkawi, diperlukan kecerdasan sosial dalam mengembangkan toleransi, dalam kehidupan multi kultural.

Menyinggung Pendidikan Karakter, Jarkawi menyatakan, tidak hanya sekedar konsep dan teori, tetapi memang tidak bisa lepas dari dua hal tersebut. Sehingga dalam pembentukan karakter diperlukan proses modeling atau ada contohnya.

"Saat dia mencontoh itu sebagai kebiasaan dan kebutuhan, lalu jika tidak dilakukan, merasa ada sesuatu yang kurang. Ini sudah menjadi bentuk karakter," Jarkawi menjelaskan.

Sehingga dalam membentuk karakter anak didik, semua komponen seperti orangtua, masyarakat dan guru serta lingkungan sekolah, harus mendukungnya. Karena dalam bergaul tidak lepas dari lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. 

"Dari ketiga ini, hendaknya dikondisikan bagaimana terjadinya proses pembentukan karakter itu dalam bentuk model atau contoh," tegas Jarkawi. Sehingga tidak hanya penekanan pada aspek kognitifnya, tetapi aspek psikomotorik dan sikap anak yang perlu dibentuk dengan model.

Dalam hal membawa bekal (makanan) ke sekolah, dirasakan Jarkawi, boleh juga, tapi diingatkannya agar memperhatikan menunya dan sekolah harus menyampaikan semisal menu makanan yang sederhana yang bisa disampaikan oleh Guru mata pelajaran Biologi kepada Orangtua. 

Untuk kantin sekolah, Jarkawi menyarankan dapat dikembangkan dengan usaha Guru bukan person.

"Guru bersama Siswa mungkin bagaimana dia untuk menanamkan kewirausahaannya," ungkap Jarkawi. 

Dalam hal menyarankan membawa bekal ke sekolah, Jarkawi minta agar daftar menu yang disampaikan berisi informasi kandungan gizi yang diperlukan Siswa dalam tumbuh kembangnya.

"Apalagi konsultasi dengan ahli gizi. Dibuat daftarnya dan dibagi. Sehingga orangtua tahu kandungan gizi dalam satu menu yang disampaikan dan bagaimana cara memasaknya dan disampaikan juga zat-zat yang berbahaya," tegasnya.

Jarkawi menyebutkan, ini sebuah psiko edukasi kepada masyarakat, melalui daftar list makanan dan kemudian daftar list zat yang membahayakan. Dan ini merupakan hal yang penting.

Tidak ada komentar: